Purwokerto -
Memperingati Hari Relawan pada 5 Desember sekaligus Hari Disabilitas Internasional pada 3 Desember, belasan anak-anak berkebutuhan khusus menuangkan ekspresinya dalam sebuah lukisan.
Kegiatan yang mengambil tema Special Needs Art Festival 2019 dengan pameran
lukisan dari anak anak berkebutuhan khusus. Mengusung tema 'Sebelah Mata: Melawan Keterbatasan, Menembus Batas Impian', festival digelar oleh Sekolah 7 Langit bersama komunitas Guru Senang Sinau dan Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP).
Menurut koordinator acara sekaligus Co Founder komunitas Guru Senang Sinau, Demas Adi Wicaksono, mengatakan jika tujuan diadakannya kegiatan ini untuk memfasilitasi anak-anak berkebutuhan khusus dalam bidang seni rupa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Foto: Arbi Anugrah/ detikcom |
"Tujuannya kita ingin memfasilitasi anak yang mempunyai bakat dari bidang seni rupa terutama dari anak-anak berkebutuhan khusus untuk mereka bisa mengekspresikan dirinya di bidang seni rupa," kata Dimas kepada wartawan, saat menggelar acara tersebut di Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Selain itu, pihaknya ingin memberikan edukasi kepada masyarakat, guru dan orang tua, bahwa anak-anak berkebutuhan khusus itu punya potensi yang bisa dikembangkan secara maksimal.
"Kita tidak memandang sebelah mata anak anak berkebutuhan khusus. Tapi mereka punya prestasi yang luar biasa jika digali dan orang orang memahami potensinya," ujarnya.
Untuk menyalurkan bakat dari anak anak tersebut, pihaknya hanya memfasilitasi berupa media kanvas, kuas dan cat warna. Tema lukisan sendiri semua diserahkan kepada anak anak berkebutuhan khusus dalam imajinasinya sendiri.
Lukisan mereka terlihat menarik dan unik. Goresan lukisan diatas kanvas nampak tak beraturan, namun memiliki makna dan pesan tersendiri bagi yang melihat.
"Hari ini mereka melukisnya bebas sesuai ekspresi hati mereka hanya kita kasih fasilitas media kanvas, kuas dan sebagainya untuk mereka berkarya," ucapnya.
Selain menampilkan anak-anak berkebutuhan khusus untuk melukis dari beberapa sekolah luar biasa (SLB) di Kabupaten Banyumas. Terdapat pula pameran lukisan dari anak anak berkebutuhan khusus dari wilayah Banyumas, Purbalingga, Yogyakarta, dan Jakarta.
"Pameran ada 45 karya yang kita pajang dan dari 35 pelukis dari anak anak berkebutuhan khusus. Semuanya itu dari beberapa sekolah di Kabupaten Banyumas, Purbalingga dan Yogyakarta serta Jakarta," jelasnya.
Sementara menurut Denny Mirna Kusriyana yang merupakan guru SLB B Yakut Purwokerto mengatakan jika sekolahnya dikhususkan untuk anak-anak tuna rungu. Kegiatan ini sendiri sangat diapresiasi oleh dirinya, karena dapat membantu para anak anak berkebutuhan khusus dalam bidang seni rupa.
'Yang ikut kegiatan ini ada 5 anak dan semuanya tuna rungu dari anak SMP. Kalau anak berkebutuhan khusus ini bagus (potensi seni rupa). Tapi memang dari bahasa kurang, tapi dari melukis untuk imajinasi mereka bagus. Kebanyakan bakatnya dimelukis, yang lebih menonjol melukis," jelasnya.
Selain itu, dia mengungkapkan rata-rata anak berkebutuhan khusus yang bersekolah di SLB B Yakut ini juga mempunyai potensi lain seperti Desian grafis dan pantomim. Semua hampir rata rata kegiatan yang tidak membutuhkan banyak bicara, karena keterbatasan mereka.
"Tapi anak-anak ada juga yang senang pantomim, desain grafis mereka juga unggul, yang tidak memerlukan bahasa, kebanyakan mereka bisa. Meskipun ada juga kegiatan lain seperti tata busana, tata boga tergantung kemampuan anak anak masing masing keinginan mereka memilih apa," ujarnya.
Selama ini, untuk membangkitkan rasa percaya diri anak anak berkebutuhan khusus, dirinya bersama guru guru lain selalu memberikan motivasi dan mengajak mereka untuk mengikuti berbagai kegiatan serupa. Diantaranya lomba melukis tingkat sekolah umum.
"Misal ikut lomba melukis kita juga pernah sering, mereka juga bersaing dengan anak anak umum. Tidak menurunkan percaya dirinya," tambahnya.
Salah satu anak berkebutuhan khusus, Siti Rahma (17) siswi kelas 9 SMP Yakut Purwokerto mengatakan dengan menggunakan bahasa isyarat jika dirinya mulai senang melukis sejak dirinya memasuki SMP ketika umurnya 13 tahun. Dirinya mengaku paling suka melukis orang, bahkan dirinya juga pernah mengikuti lomba melukis tingkat sekolah umum.
"(Saat itu) Juara 4 (harapan 1). Perasaannya senang (bersaing melukis tingkat) sekolah umum, tidak malu, semangat berani," jawabnya dalam bahasa isyarat.
Halaman Selanjutnya
Halaman