.webp)
Penonton yang memadati lapangan sepakbola desa setempat terpukau aksi lima dalang tersebut. Sebab, lima dalang itu bersahutan dalam membawakan tokoh-tokoh wayang, di atas panggung yang terpisah.
Menariknya lagi, lima dalang itu asli kelahiran desa setempat. Yakni Ki Waroso Siswo Carito, Ki Waroto Sabdo Husodo, Ki Warko Guno Carito, Ki Jemblung Wartoat, dan Ki Sutio Purbo Carito.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini inovasi sebagai upaya pelestarian kesenian wayang kulit," ujarnya kepada detikcom, Kamis (5/12/2019)
Selain itu, merupakan langkah menarik generasi penerus dalang di desanya.
"Ke depan harapan kami ada penerus yang menjadi dalang. Wayang kulit itu sudah menjadi identitas seni budaya negeri ini yang harus dilestarikan," paparnya.
 Foto: Wikha setiawan/ detikcom |
Malam ini, kelima dalang membawakan lakon "Semar Maneges". Menceritakan perjuangan Arjuna dalam mendapatkan Wahyu dari yang maha kuasa berupa Wahyu aji Gubeng sukawedha. Keberhasilannya itu dibantu oleh Ki Lurah Semar Badranaya.
"Aji Gubeng adalah ajian sakti yanv oleh pikulun nagaraja bisa digunakan untuk mengetahui bahasa semua makhluk di dunia ini," lanjutnya.
Sementara Kepala Desa Kendengsidialit, Kahono Wibowo menuturkan bahwa keberadaan dalang-dalang menjadi salah satu kelebihan yang ada di desanya.
"Kami berharap ke depan dalang di sini seperti mata rantai yamg terus menerus ada generasinya.
"Pagelaran lima dalang lima panggumg dalam satu cerita ini salah satu rangkaian Gelar Budaya yang dilaksanakan tiap tahun. Kali ini Gelar Budaya berlangsung dua pekan, di antaranya kirab seribu Ingkung, panggung rakyat, kirab gunungan, dan wayang lima dalang ini," tandasnya.
(tia/tia)
