Digelar yang kedua kalinya, festival Wave of Tomorrow 2019 digelar dengan skala yang lebih besar. Adrian Subono, President Commissioner Level 7, mengatakan penyelenggaraan tahun lalu di luar ekspetasi.
"Tahun lalu yang pertama kali benar-benar di luar ekspetasi kami. Lebih besar dan banyak kreatornya. Tahun lalu hanya ada satu lantai yang disajikan di satu area. Tahun ini ada tiga lantai," tutur Adrian saat jumpa pers di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Selasa (3/12/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Area musik pun punya kawasan tersendiri bagi penggemar Wave of Tomorrow. "Yang mau nonton musik, ada area sendiri. Kita melihat kesuksesan tahun lalu," lanjutnya.
![]() |
Kurator untuk Wave of Tomorrow 2019 pun dibagi menjadi kurator seni yang digawangi Mona Liem dan kurator musik oleh Xandega dari Studiorama. Mona Liem mengatakan tahun ini ada 14 karya dari 9 seniman Indonesia dan 4 seniman internasional.
"Kita memilih seniman dan mengembangkan ide yang ada, tahun ini kami juga buka open call di 3 kota yaitu Jakarta, Yogyakarta, dan Bandung. Tahun ini juga mengundang 4 seniman internasional, 3 di antaranya adalah yang menang penghargaan di new media art," katanya.
Lewat karya seni media baru atau new media art yang dipajang, lanjut Mona Liem, Wave of Tomorrow 2019 ingin menghilangkan jarak antar pencinta seni dan masyarakat umum.
"Kami ingin mengisi gap tentang new media art dengan pengunjung umum, kami mengisi gap itu. Dengan bahasa yang mudah dimengerti," ucap Mona Liem.
Wave of Tomorrow 2019 menyajikan karya seni nyentrik dari Sembilan Matahari, Rubi Roesli, Maika, Kinara Darma x Modulight, U Visual, Motionbeast, Notanlab, Farhanaz, serta beberapa artis internasional seperti Nonotak, dan Tundra. Untuk panggung musik diisi oleh Kunto Aji, Danilla, Petra Sihombing, Eva Celia, Sunmatra, Dekadenz hingga Random Brothers.
(tia/nu2)