Di penghujung hidupnya, Djaduk yang dikenal sebagai pendiri ansambel Kua Etnika menggelar pameran fotografi 'Meretas Bunyi' di Bentara Budaya Yogyakarta. Eksibisi digelar di akhir tahun 2018.
Hobi memotret sudah dilakoni Djaduk sejak masih kecil namun baru belakangan ia bergabung di komunitas penggemar fotografi bernama Gembira Selalu. Di dunia fotografi, sensitivitas dalam berkarya semakin terasah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Fotografi dan dunia seni berhubungan. Artinya saya bisa keluar masuk dan yang saya dapat di fotografi bisa dibawa ke musik dan seni pertunjukan, begitu juga sebaliknya," ungkap Djaduk di pembukaan pameran fotografinya.
![]() |
Di pameran 'Meretas Bunyi', Djaduk berusaha untuk mengajak pengunjung yang hadir untuk mengalami proses retasan itu. Proses yang pada akhirnya tidak hanya tentang bunyi, tetapi tentang hidup itu sendiri.
Ketika proses retasan berlangsung, Djaduk menyebutnya sebagai 'ngeng'. 'Ngeng' adalah perpaduan antara 'roso' dan 'pikir'.
![]() |
'Ngeng juga sulit untuk dinarasikan, tapi bisa dirasakan. Menurut Djaduk, hanya orang-orang yang sudah melewati fase-fase tertentu dalam hidupnya yang benar-benar bisa menyadari akan hadirnya 'ngeng' itu.
Dunia fotografi menurut Djaduk, hanyalah pintu gerbang untuk mengasah kepekaannya terhadap apapun. Kepekaan yang akan melahirkan berbagai karya dan juga meresap ke dalam kehidupan. Lewat fotografi Djaduk mengasah 'ngeng'-nya tersebut.
(tia/doc)