Sejak pertengahan tahun, kelompok teater di lima wilayah kota administrasi se-Jakarta kecuali Kepulauan Seribu berkompetisi. Di tahap final kali ini, sebanyak tiga pemenang (juara I, II dan III) akan bertanding sampai akhir bulan ini.
Adinda Luthvianti dari Komite Teater DKJ menuturkan setiap tahun, kualitas kelompok teater yang berpartisipasi meningkat. Sebagian besar pun mulai mencari 'bentuk-bentuk baru'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka yang kompetisi di FTJ sudah semakin meningkat karena mencari 'bentuk' baru yang eksperimental. Misalnya ada satu wilayah yang mewajibkan grupnya untuk memakai naskah teater dari 'Rawayan DKJ. Ada juga yang memakai perspektif lebih luas lagi melebihi genre realis," kata Adinda saat jumpa pers di lobi Teater Kecil, kompleks TIM, Jakarta Pusat, Selasa (12/11/2019).
Adinda juga menyebutkan Teater Labo El Aktor dari Jakarta Selatan yang menggunakan naskah 'Nyai Dasima' masa kini yang merupakan 'pembacaan ulang' dari Zen Hae. "Itu menarik karena menggunakan naskah masa kini," lanjutnya.
Ke-15 grup teater yang bertanding dari wilayah Jakarta Timur ada Teater Camuss, Castramardika, dan Sanggar Teater Jerit. Dari wilayah Jakarta Utara ada amatirujan, Teater Cahaya, dan Maura Lintas Teater.
Dari wilayah Jakarta Pusat, ada Teater Petra, Teater Indonesia, dan Unlogic Theatre. Jakarta Barat oleh Teater Asa, Teater Nusantara, dan Teater Lab Teater Lumbung, serta Jakarta Selatan ada Teater Labo El Aktor, Teater Ciliwung, dan Teater Pojok.
Selain 15 pertunjukan untuk kompetisi, FTJ yang mengusung tema 'Drama Penonton' akan menghadirkan diskusi naskah, biografi penciptaan, dan pameran. Pameran 'Drama Penonton' yang dikurasi ilustrator kenamaan Mayumi Haryoto akan menampilkan visualisasi dari hasil riset Dosen BINUS Sri Bramantoro Abdinagoro di lobi Teater Kecil, TIM.
(tia/kmb)