Mengusung tema 'Xu Bing: Thought and Method', pameran seni Xu Bing merupakan terbesar dan pertama di Asia Tenggara serta perdana di Ibu Kota. Direktur Museum MACAN, Aaron Seeto, menuturkan Xu Bing adalah perupa global yang praktik keseniannya juga lintas negara.
"Saya senang dan bangga membawa karya Xu Bing ke Indonesia. Ketika saya berpikir tentang seni kontemporer di komunitas global, Xu Bing adalah salah satu seniman yang terpikir di pikiranku," ujarnya saat jumpa pers di Museum MACAN, Jakarta Barat, Kamis (29/8/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai seorang seniman, lanjut Aaron, Xu Bing bekerja dengan budaya China dan mengenalkannya pada dunia. "Untuk berpikir tentang konsep di balik segala perspektif. Dia adalah salah satu orangnya," lanjutnya.
Xu Bing lahir di Chongqing dan menjadi salah satu pemuda yang turun ke daerah pedesaan di masa Revolusi Kebudayaan Tiongkok (1970-an). Pengalaman ini memengaruhi cara berpikir Xu Bing yang melihat bahasa dipakai sebagai salah satu alat politik.
![]() |
"Ketika seniman berpikir tentang dunia dan masalahnya, akan ada banyak hal yang dilakukan. Di mana ada permasalahan, di sana ada seni," ucap Xu Bing yang hadir khusus dalam pameran tunggalnya di Museum MACAN Jakarta.
Retrospektif 4 Dekade Xu Bing Hadir di Museum MACAN
Foto: Tia Agnes
|
Bagi pencinta seni yang ingin menyambangi pameran, siap-siap dengan aneka konsep dan rupa-rupa kekaryaan Xu Bing. Di bagian depan museum, ada berbagai katalog pameran Xu Bing di mancanegara dan silakan baca hati-hati timeline perjalanan hidupnya.
![]() |
Tiba di bagian utama, ada 'Honor and Splendor' instalasi berbentuk karpet motif loreng harimau dibuat dari 660 ribu batang rokok. Di ruang berbeda ada 'The Book from the Sky' yang melihatnya saja sudah membuat takjub. Gulungan kertas yang mencapai tiga meter menjuntai dari langit-langit yang tertulis ribuan rekaan karakter Mandarin.
Kemudian ada instalasi interaktif 'Square Word Calligraphy' yang merupakan perkawinan huruf Latin dan karakter yang menyukai kaligrafi Tiongkok. Silakan menuliskan huruf di lembaran kertas yang sudah disediakan. Tiba di bagian berikutnya ada 'Background Story' yang mencengangkan.
"Di balik keindahan karya seni ada sampah yang dihasilkan," ujar kurator Museum MACAN, Asep Topan.
Film panjang 'Dragonfly Eyes' bakal membuat takjub. Ada 10 ribu jam kamera pengawas di China yang pernah tersebar dibuatkan film dokumenter oleh Xu Bing. Pameran retrospektif Xu Bing dapat dinikmati mulai 31 Agustus 2019 hingga 12 Januari 2020.