Kurator pameran, Engel Tanzil, mengatakan 'Jejak Langkah Pram' bisa menjadi pameran sejarah alternatif bagi masyarakat Ibu Kota.
"Kalau kita bisa lihat dari timeline, kita bisa belajar tentang sejarah. Setiap buku yang ditulis oleh Pak Pram dibikin lewat riset," tutur Engel ketika diwawancarai detikHOT di RBoJ Coffee, kawasan Warung Buncit, Jakarta Selatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Novel 'Bumi Manusia' yang diadaptasi ke layar lebar dan disutradarai Hanung Bramantyo pun kembali mengenalkan karya-karya Pram ke generasi milenial. Kalau pun bukan karena 'Bumi Manusia', lanjut Engel, banyak anak muda masa sekarang tidak akan tahu Pram.
"Kalau bukan karena 'Bumi Manusia' kita nggak tahu, Annelies yang merasa nggak punya jati diri. Waktu zaman dulu anak campuran nyai itu kan nggak punya hak. Masih banyak Annelies lainnya yang juga merasakan hal yang sama. Bingung mau ke mana," ucap Engel.
Pameran 'Jejak Langkah Pram' memuat perjalanan kekaryaan Pram yang tak hanya 'Bumi Manusia' dan 'Perburuan'. Ada juga mesin ketik kesayangan Pram, video Pram, dokumentasi kliping media massa tentang novel 'Bumi Manusia' dari Agustus 1980 hingga September 1981 hingga berbagai cetakan novel edisi terjemahan berbagai bahasa lain.
Eksibisi berlangsung selama sebulan hingga 31 Agustus 2019 di RBoJ Coffee, kawasan Warung Buncit, Jakarta Selatan.
Simak juga video 'Adipati dan Ayushita Sebut Pramoedya Ananta Toer Sastrawan Brilian' di sini: