Sisi Lain 30 Lukisan 'Mata Hitam' Jeihan Sukmantoro saat Tinggal di Cicadas

Sisi Lain 30 Lukisan 'Mata Hitam' Jeihan Sukmantoro saat Tinggal di Cicadas

Tia Agnes - detikHot
Jumat, 05 Apr 2019 17:31 WIB
Foto: Tia/detikHOT
Jakarta - Puluhan tahun tersimpan dalam gudang di Studio Jeihan kawasan Bandung, puluhan lukisan potret 'mata hitam' Jeihan Sukmantoro akhirnya mendarat di Ibu Kota. Museum Seni Modern dan Kontemporer di Nusantara (MACAN) menggelar pameran 'Jeihan: Hari-hari di Cicadas' yang berlangsung hingga 26 Mei 2019.

Sosok Jeihan Sukmantoro dikenal sebagai pelukis senior yang melegenda. Potret-potretnya menampilkan gaya ekspresionisme dan khas dengan 'mata yang dihitamkan'.

Kurator pameran Ady Nugroho menuturkan rencana pameran Jeihan sudah mulai digarap sejak tahun lalu. Di ruangan berkonsep seni rupa modern di lantai 6 Museum MACAN, tim akhirnya memutuskan menggandeng Jeihan untuk berpameran.

"Jeihan sebagai salah satu generasi yang masih ada sampai sekarang dan generasi seni rupa modern yang masih ada. Termasuk salah satu pelukis yang dihormati," kata Ady di media tur 'Jeihan: Hari-hari di Cicadas' di Museum MACAN Jakarta, Jumat (5/4/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ada 30 lukisan potret yang ditampilkan dalam rentang tahun 1963 sampai 1981 di masa ketika sang seniman tinggal di Cicadas, kawasan timur kota Bandung. Potret yang dihadirkan menampilkan lukisan sang perupa, keluarga, sahabat, dan tetangga-tetangganya.
Sisi Lain 30 Lukisan 'Mata Hitam' Jeihan Sukmantoro saat Tinggal di CicadasFoto: Tia/detikHOT

Pilihan potret, lanjut Ady, ada yang menampilkan sosok anak-anak, perempuan, anak muda, dan lain-lain. "Dari karya-karya ini pengunjung bisa melihat hubungan Jeihan dengan masyarakat di sekitarnya. Gimana berinteraksi dan membangun relasi sebagai seniman, bisa dilihat dari potret intim bersama warga di Cicadas," lanjutnya.

Saat tinggal di Cicadas pula, pria yang sekarang berusia 81 tahun pertama kali melukis 'mata hitam' yang akhirnya menjadi ciri khasnya. Lukisan pertamanya 'Aku' di tahun 1963 yang dibuat saat kuliah menjadi penanda awal berkarier sebagai seniman.

Sapuan warna hitam yang menutupi mata menggambarkan keprihatinan sang seniman terhadap masa depan bangsa yang tak menentu.

"Ini sisi lain Jeihan yang belum pernah dilihat oleh publik. Sudah puluhan tahun di gudang studionya Pak Jeihan dan Pak Jeihan juga belum lihat lagi sudah lama," kata Ady.

Pameran 'Jeihan: Hari-hari di Cicadas' berlangsung mulai 26 Maret hingga 26 Mei 2019 di Museum MACAN Jakarta. (tia/nu2)

Hide Ads