Sosok Jeihan Sukmantoro dikenal sebagai pelukis senior yang melegenda. Potret-potretnya menampilkan gaya ekspresionisme dan khas dengan 'mata yang dihitamkan'.
Kurator pameran Ady Nugroho menuturkan rencana pameran Jeihan sudah mulai digarap sejak tahun lalu. Di ruangan berkonsep seni rupa modern di lantai 6 Museum MACAN, tim akhirnya memutuskan menggandeng Jeihan untuk berpameran.
"Jeihan sebagai salah satu generasi yang masih ada sampai sekarang dan generasi seni rupa modern yang masih ada. Termasuk salah satu pelukis yang dihormati," kata Ady di media tur 'Jeihan: Hari-hari di Cicadas' di Museum MACAN Jakarta, Jumat (5/4/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Pilihan potret, lanjut Ady, ada yang menampilkan sosok anak-anak, perempuan, anak muda, dan lain-lain. "Dari karya-karya ini pengunjung bisa melihat hubungan Jeihan dengan masyarakat di sekitarnya. Gimana berinteraksi dan membangun relasi sebagai seniman, bisa dilihat dari potret intim bersama warga di Cicadas," lanjutnya.
Saat tinggal di Cicadas pula, pria yang sekarang berusia 81 tahun pertama kali melukis 'mata hitam' yang akhirnya menjadi ciri khasnya. Lukisan pertamanya 'Aku' di tahun 1963 yang dibuat saat kuliah menjadi penanda awal berkarier sebagai seniman.
Sapuan warna hitam yang menutupi mata menggambarkan keprihatinan sang seniman terhadap masa depan bangsa yang tak menentu.
Baca juga: 'Mata Hitam' Jeihan Sihir Puisi Joko Pinurbo |
"Ini sisi lain Jeihan yang belum pernah dilihat oleh publik. Sudah puluhan tahun di gudang studionya Pak Jeihan dan Pak Jeihan juga belum lihat lagi sudah lama," kata Ady.
Pameran 'Jeihan: Hari-hari di Cicadas' berlangsung mulai 26 Maret hingga 26 Mei 2019 di Museum MACAN Jakarta. (tia/nu2)