Mengusung tema 'Poros Bandung', pameran ini menjadi provokasi ketimbang menjelaskan. Bagi sebagian orang yang bekerja dan berkarya di lingkungan Seni Rupa ITB, judulnya tak hanya menyiratkan tentang 'apa' tapi soal 'bagaimana' dan 'untuk apa'.
"Sebutan kata 'Bandung' di tema ini juga berkaitan dengan permasalahan 'Mazhab Bandung'. Kami hendak menyegarkan kembali ingatan bahwa soal Mazhab Bandung bukan hanya alur peristiwa tapi juga tentang cara penafsiran," tutur kurator pameran Rizki A Zaelani dalam keterangan pers yang diterima, Jumat (1/3/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eksibisi ini dinilai sebagai upaya ulang untuk membentuk kerangka peristiwa dan penafsiran sebagai alur perkembangan seni rupa.
"Karya yang ditampilkan juga menunjukkan rentang jejak perkembangan seni rupa Bandung yang cukup panjang dan dikerjakan oleh mereka dari generasi yang berbeda," lanjutnya.
Seniman yang berpartisipasi di antaranya adalah Abay SUbarna, AD Pirous, Agung Fitriana, Agus Suwage, Ahmad Sadali, Arin Dwihartanto, But Mochtar, Etza Meisyara, Faisal Habibi, G.Sidharta Soegijo, Hariadi Suadi, Joko Avianto, Mochtar Apin, Mujahidin Nurahman, Nyoman Nuarta, Popo Iskandar, Rita Widagdo, Sunaryo, Umi Dachlan, Wiyoso Yudhosaputro, Yusuf Affendi, dan Zico Albaiquni.
Pameran 'Poros Bandung' berlangsung pada 2-31 Maret 2019 di Galeri Salihara, Jakarta Selatan.
(tia/nu2)