Direktur Eksekutif Jogja Gallery, KRMT Indro 'Kimpling' Suseno, mengatakan pemeran ini adalah hasil kerjasama Jogja Gallery dengan Paguyuban Trah Pengeran Diponegoro (Patrapadi). Mereka mencoba menhadirkan kembali sosok Diponegoro.
Menggandeng 51 pelukis kontemporer Indonesia, akhirnya mereka berhasil menghadirkan 50 lukisan bersumber dari tulisan tangan Pangeran Diponegoro atau Babad Diponegoro yang ditulis pada tahun 1831-1832 silam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kurator Pemeran Sastra Rupa Gambar Pangeran Diponegoro, Mikke Susanto, mengatakan dari 51 pelukis yang terlibat di pemeran ini mayoritas bertugas menggambar satu adegan. Hanya ada dua pelukis yang menggambar satu adegan.
"Ada 51 seniman, hasilnya 50 adegan. Ada (dua pelukis) yang gambar sama di adegan terakhir ketika beliau (Diponegoro) ditipu. Kami ingin membuat eksperimen bahwa dua seniman ketika diberi satu teks bagaimana cara mendekatinya," tuturnya.
Dijelaskannya, 50 adegan yang dilukis dari naskah babad mencangkup perjalanan Diponegoro ketika berumur lima tahun sampai ditipu dan ditangkap Kolonial Belanda. Sementara kehidupan Diponegoro saat diasingkan tidak dilukis.
Mikke mengatakan, melukis Pengeran Diponegoro dari naskah babad bukanlah perkara mudah. Terlebih wajah Pangeran Diponegoro hampir tak pernah dilukis, terkecuali oleh AJ Bik yang sempat melukisnya pada tahun 1830 silam.
"Namun kondisinya (Diponegoro) saat kita itu sedang sakit malaria. Sehingga terlihat kurus dan sebagainya, itu pun hanya bersorban. Nah ketika tidak ada yang bersorban, tidak ada yang melarang (pelukis) untuk membuat menjadi seperti apa," tutupnya.
Simak Juga 'Maha Guru yang Tertuang dalam Kanvas':
(nkn/nkn)