Andang yang juga seniman dari ART Space Humanika Bandung menjepret kondisi yang ada di Desa Berau. Selama 5 hari, ia merepons alam Desa Merabu jadi karya seni yang bakal dipamerkan di ruang seni Artotel di lima kota.
"Desa Berau saya melihat ada upaya yang kuat membuat daya tahan dalam menjaga originalitas alam, budaya, dan praktik sosial di sana. Namun di sisi lain, mereka membangun daya tawar untuk mampu menghadirkan orang luar ke kampung Merabu menjadi ekowisata," tuturnya ketika berbincang dengan detikHOT, Jumat (14/12).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keindahan alam di Desa Merabu membuat Andang kepincut untuk menjepret segala sesuatu. Cerita sosialnya pun dianggap menarik.
Salah satu indahnya alam yang dijepret Andang adalah Gua Beloyot. Perjalanan menuju lokasi tersebut melewati hutan yang masih lebat, hasilnya adalah foto berjudul 'Resilience #1'.
![]() |
"Kita berjalan dalam kondisi gua yang gelap, bertemu kelelawar, dan lain-lain. Tapi tiba-tiba saya melihat ada secercah cahaya seperti pengembara. Dalam kondisi apapun, sekelam apapun, akan selalu ada cahaya atau harapan," terangnya.
Fotografi yang dipamerkan totalnya ada 52 karya dengan beragam ukuran dan media. Sebagian besar adalah flatbed print on pearl paper dan alumunium composite panel. Momen lainnya yang dijepret Andang adalah pemandangan yang diambil dari Puncak Merabu.
"Untuk mencapai ke sana kita lewat sungai menggunakan perahu yang mereka sebut Ketingting. Airnya di beberapa spot sedang dangkal, jadi kadang kita harus turun sampai daratan kita berjalan mendaki, vertikal, buat warga sana mungkin sudah biasa, tapi kami penuh perjuangan," kata Andang.
"Tapi pada saat di puncak terbayar semua, pemandangannya indah, dan luas," pungkasnya.
Karya-karya Andang dipajang di Artspace Artotel yang berada di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Bali. Pameran seni Andang dan Bayu melalui #ARTOTELForHope 2018 juga mengajak para tamu untuk menuliskan harapan mengenai hutan dan konservasi di Indonesia dalam sebuah kertas daur ulang di dinding harapan sampai 31 Desember 2018.
(tia/ken)