Karya seni instalasinya 'Borderless' menghadirkan lukisan di atas kulit kambing. Gambarnya berada di antara slintru atau warana yang dalam bahasa Jawa diartikan sebagai pemisal atau tabir.
Di gambar-gambarnya, Ipeh menghadirkan berbagai figur di adat pengantin Jawa. "Ada dualisme di sini, gimana jilbab bisa menyatu di budaya Jawa. Langgeng dan bisa diterima, padahal pakaian adat Jawa sudah ada pakemnya," katanya ketika diwawancarai awak media di sela-sela pembukaan, semalam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia pun menambahkan, "Di panel yang satunya lagi ada simbol subyek yang kosong yang sebenarnya tidak kosong, tapi lebih ke roh dia yang tetap memakai jilbab."
![]() |
Pameran berdasarkan riset selama tiga bulan itu, diakui lulusan ISI Yogyakarta itu merupakan isu sensitif. Dia pun menceritakan ketika diajak berpameran takut pengalaman personal yang akan mencampuri tema tersebut.
"Yang jatuhnya judgemental, tapi ini lebih ke perkembangan mode aja sih. Ibu saya juga seorang penjahit busana pengantin Jawa, lucunya riasan payet digabungin sama jilbab, kayak ada inner-nya," kata Ipeh.
Karya-karya Ipeh kerap menggambarkan narasi sejarah berupa drawing maupun mural di ruang publik. Karyanya banyak menggambarkan pengalaman pribadi dan sekitarnya tentang rasa takut, cynicism, skeptis.
Ia pernah menggelar pameran tunggal di Kedai Kebun Forum pada Mei 218 yang terinspirasi dari sejarah penaklukan Banda Neira 1621 silam. 'Borderless' karya Ipeh Nur masih bisa disaksikan sampai akhir bulan ini di proyek seni perupa perempuan 2018.
Simak Juga 'Apa Beda Hijab dengan Jilbab?':
(tia/nu2)