Fenomena pasung yang terjadi di Cianjur menjadi momok dan permasalahan yang sudah masuk di berbagai pemberitaan media massa. Hana bersama James melakukan penelitian tentang pasung di Istana Komunitas Sehat Jiwa (KSJ). Di sana, keduanya berinteraksi dengan masyarakat yang merupakan penyandang disabilitas mental.
"Hasil dari penelitian kami adalah art video selama 15 menit tentang pasung di Cianjur, juga akan ada karya seni instalasi yang dibuat. Memang fokus kami adalah permasalahan pasung yang terjadi di Cianjur, banyak mereka yang dipasung entah kaki atau tangan oleh keluarganya sendiri," tutur Hana saat diwawancarai awak media di Morrissey Hotel, kawasan Jakarta Pusat, Selasa (9/10/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di film ini tapinya tidak akan ada kesedihan. Yang masuk ke film adalah mereka yamg sudah bisa bersosialisasi dan berkomunikasi. Ada Pak Salim yang sudah 6 kali mengalami pemasungan di kakinya, pas diwawancarai ada banyak trauma," jelas Hana yang juga pernah didiagnosa mengalami gangguan bipolar dan awal skizofrenia.
Perempuan yang bernama lengkap Hana Alfikih itu menuturkan setelah memajang karya di Festival Bebas Batas, karya kolaborasinya bersama James akan dibawa tur ke dua kota di Jerman.
"Ke Munich dan Bremen di tahun juga, dari akhir Oktober sampai awal November. Tapi ini tidak masuk dalam rangkaian UK/ID Festival atau Festival Bebas Batas. Campaign isu ini yang terus menerus akan kami gaungkan," tukas Hana.
Hana Madness dikenal di media sosial lantaran karakter doodle warna-warni yang digambarnya. Di tahun 2016, ia mengikuti Unlimited Festival di London bersama Annisa Rahmania yang merupakan aktivis dari Leonard Cheshire Disability (LCD) Young Voices of Indonesia yang terlahif sebagai tuna rungu. (tia/dar)