Sepanjang penyelenggaraan sejak 1895 silam, Venice Art Biennale menjadi pameran seni tertua berskala internasional dan dikenal di penjuru dunia. Pada Venice Art Biennale 2017 lalu, Paviliun Indonesia menghadirkan karya tunggal dari seniman Tintin Wulia.
Di tahun 2019 mendatang, Paviliun Indonesia hadir dengan cara yang berbeda. Bekraf pun menggelar diskusi bersama kurator dan pakar seni rupa lainnya untuk menyelenggarakan proses seleksi tim artisik Paviliun Indonesia untuk Venice Art Biennale 2019.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di proses seleksi awal ada 60 nama dari lintas kota dan disiplin, lalu terpilihlah 23 nama seniman serta kurator seni. Kemudian mereka diundang membuat proposal untuk karya yang dipajang di Venice Art Biennale 2019.
Menurut ketua tim dewan juri Dolorosa Sinaga ada 3 alasan sehingga 2 kelompok utama terpilih. "Dari gagasan, eksekusi karya atau visual, tingkat feasibility perwujudan gagasan, kelengkapan karya, serta kemampuan tim untuk mewujudkan karya dari proposal yang disampaikan," katanya.
Maka terpilihlah proposal 'Akal Tak Sekali Datang', Runding Tak Sekali Tiba' yang diajukan oleh Asmudjo Jono Irianto (kurator), Yacobus Ari Respati (co-curator), Handiwirman Saputra, dan Syagini Ratna Wulan (seniman). Satu kelompok lainnya yang digawangi Tromarama, Riar Rizaldi, dan Natasha Gabriella Tontey serta kurator Bob Edrian tak terpilih.
Tim artistik terpilih bakal menghadirkan karya kolaboratif. "Untuk memutuskan karya kolaborasi ini ada banyak pertimbangan. Di tradisi sebelumnya muncul seakan mempromosikan seorang seniman, policy itu diubah. Kali ini kami menghadirkan karya kolaboratif dalam bentuk proyek," tegas salah satu tim dewan juri Jim Supangkat.
Venice Art Biennale 2019 berlangsung di Venezia, Italia selama 6 bulan mulai 11 Mei hingga 24 November 2019.