Yuk ke Lebak! Ada Festival Seni Multatuli untuk Mengenal Sejarah Antikolonial

Yuk ke Lebak! Ada Festival Seni Multatuli untuk Mengenal Sejarah Antikolonial

Bahtiar Rifa'i - detikHot
Rabu, 05 Sep 2018 16:50 WIB
Yuk ke Lebak! Ada Festival Seni Multatuli untuk Mengenal Sejarah Antikolonial Foto: Dodi Bayu Wijoseno/d'Traveler
Lebak - Museum Multatuli sebagai museum sejarah antikolonial di Banten akan mengadakan Festival Seni Multatuli pada 6-9 September 2018 di Rangkasbitung. Selain pagelaran seni budaya, juga ada penelusuran jejak sejarah peninggalan Multatuli di Lebak.

Di hari pertama, festival yang termasuk program gotong royong kebudayaan dari Kemendikbud ini akan menampilkan bedah buku dan musikalisasi puisi bertema Multatuli. Juga ada penampilan kesenian tradisional seperti Koromong Baduy.

Keesokan harinya, juga ada opera Saidjah-Adinda karya Ananda Sukarlan. Opera tersebut merupakan adaptasi dari tokoh fiksi novel Max Havelaar karya Multatuli.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



"Festival ini untuk mengenalkan Museum Multatuli dan mengenalkan Multatuli," kata Kepala Museum Multatuli Ubaydillah Muctar kepada detikHOT di Lebak, Rabu (5/9/2018).

Penelusuran jejak Multatuli menurut Muchtar akan mengunjungi bekas rumah kediamannya di Rangkasbitung. Sampai saat ini, kediaman tokoh pergerakan antikolonialisme di Lebak tersebut masih utuh dan menjadi cagar budaya.
Yuk ke Lebak! Ada Festival Seni Multatuli untuk Mengenal Sejarah AntikolonialYuk ke Lebak! Ada Festival Seni Multatuli untuk Mengenal Sejarah Antikolonial Foto: Bahtiar/detikcom

"Masih utuh dan ada di belakang RSUD Ajidarmo. Sekarang dirawat dan menjadi cagar budaya," katanya.

Di samping itu menurutnya akan ada karnaval kerbau di festival ini. Kerbau dipilih karena merupakan alat produksi berharga bagi warga petani Lebak masa kolonial dan menjadi hewan yang identik dalam Max Havelaar.

Sejak dibuka pada setengah tahun lalu, Museum Multatuli menurutnya sudah dikunjungi oleh lebih dari 13 ribu orang. Museum ini jadi kebanggan dan simbol perjuangan antikolonialisme khususnya di Lebak, Banten.

Pihak panitia menurutnya juga mengundang para perwakilan Kedutaan Belanda, Prancis, Jerman dan Korea Selatan. Karena sejak dibuka, museum ini juga jadi magnet para peneliti dari berbagai negara yang datang ke Rangkasbitung.


(bri/tia)

Hide Ads