Kepada detikHOT, koreografer berusia 55 tahun itu menuturkan melatih 1500 penari yang merupakan pelajar SMA/SMK sederajat itu cukup sulit.
"Saya melatih anak yang bukan penari profesional, yang amatir. Sebagian besar baru sekali menari di depan orang banyak tapi ya semua orang suka menari. Alhamdulillah kerja keras selama 4,5 bulan ini tercapai. Itu yang bikin terharu," ujarnya saat dihubungi, Senin (20/8/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Denny menceritakan ribuan penari itu harus memahami ketukan, ritme musik, dan tak semua penari memiliki pengetahuan dasar dari menari. "Belum lagi kostum warna harus ganti dalam waktu 2 detik tapi bukan di posisi diam, harus di posisi menari," cerita Denny menjelaskan.
Dia pun mengaku sejak awal seremoni dimulai, dirinya deg-degan hingga kerap membaca doa.
"Saya mikirnya 20 penari saja kadang ada yang terlewat, ini 1500 penari. Mereka juga harus lipsync tapi gerakannya arus sama. Ada macam-macam konfigurasi yang berombak-ombak seperti timbul dan tenggelam kayak animasi gitu," jelasnya.
Ketika pertunjukan 5 menit itu selesai, rasa bahagia sekaligus haru langsung dirasakan Denny. "Guru-guru mereka juga menangis haru."
Selain tarian pembuka, Denny juga menggarap tarian di segmen air sampai 'Indonesia Rising'. Bekerja sama dengan koreografer yang terkenal dengan tarian 'Balabala' totalnya ada enam segmen pertunjukan kolosal yang dihadirkan saat pembukaan Asian Games 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta Pusat pada Sabtu (18/8) lalu.