Kurator pameran 'Prisoner of Hope', Agus Dermawan T menuturkan karya-karya Hendra memiliki potensi masuk ke pasar yang 'mahal'.
"Waktu Hendra pameran di TIM, lukisan 'Arjuna Menyusui' bisa sampai Rp 14 juta. Sekarang lukisan 'Ali Sadikin pada Masa Perang Kemerdekaan' terjual sampai Rp 60 miliar lebih. Apa saja rumusnya itu," ujar Agus terkekeh ketika mengobrol dengan detikHOT di Ciputra Museum, akhir pekan lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Di dalam buku 'Surga Kemelut Pelukis Hendra' yang diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) disebutkan lukisan 'Antre Mandi' yang dalam pameran 1979 dilabeli dengan harga Rp 4 juta dan tidak laku, di lelang Sotheby's pada Oktober 1996 terbayar 245.750 dolar Singapura atau sekitar Rp 2,3 miliar.
Di lelang Sotheby's edisi 3 April 2016 lukisan 'Ali Sadikin pada Masa Perang Kemerdekaan'terjual hammer price dengan harga 33,2 juta dollar Hong Kong atau setara Rp 56,5 miliar saat itu. Dalam buku juga tertulis, nilai jual karya Hendra meningkat lebih dari 60 juta kali lipat.
Nama Hendra Gunawan mulai meningkat dan bernilai tinggi, lanjut Agus, setelah kolektor Ciputra mengoleksi dan mengumpulkan lukisan Hendra sebagai aset. "Memang sangat ironis, tapi itu kenyataannya."
Kurator pameran 'Prisoner of Hope' Aminudin TH Siregar juga menambahkan nama Hendra memang timbul tenggelam di pasar internasional. Namanya pun selama ini menjadi mitos.
"Dibandingkan S.Sudjojono dan Affandi, nilainya tentu saja berbeda. Beliau sempat ditahan di penjara Kebon Waru Bandung. Sejak itu, nama beliau tenggelam dan setelah keluar dari penjara kawan-kawannya mencoba untuk mengenalkannya lagi di kancah seni rupa Indonesia," tandas pria yang akrab disapa Ucok tersebut.
(tia/mah)