Lewat pameran tunggal fotografer Diego Zapatero yang berjudul 'The Last Breath of the Prince', ia menampilkan 18 hasil jepretan. Pria yang pernah tinggal di Yogyakarta itu memajang 18 karya fotografi dan ilustrasi untuk 11 foto, panel, dan topeng.
Baca juga: Menertawakan Dunia Hiburan ala Naufal Abshar |
![]() |
Ditemui di sela-sela pembukaan, Diego merasa heran mengapa banyak masyarakat Indonesia yang tertarik menonton Ramayana, Mahabharata, maupun kesenian wayang lainnya tapi tidak dengan cerita rakyat Panji.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada 2010, ia pernah mendapatkan beasiswa dari pemerintah Indonesia untuk belajar seni fotografi di ISI Yogyakarta. Sepanjang melakukan eksplorasi mengenai kesenian Indonesia, berbekal pengetahuan dari temannya yang seorang antropolog ia mulai mendalami mengenai cerita rakyat Panji.
Di Gunung Kidul dan Bantul, ia mengajak hampir 80 orang untuk terlibat di dalamnya. Diego mereka ulang pertunjukan cerita Panji ke dalam beberapa adegan. Ada penari dan koreografer yang memeragakan lalu dipotretnya dengan teknik fotografi lawas.
"Referensi saya fotografer yang ada di arsip KITLV. Fotografer pertama dari Indoneska dan riset universitas lain dari Leiden," lanjutnya.
Cerita rakyat Panji berasal dari Jawa di abad ke-13 dan menceritakan tentang Raden Inu Kertapati dan Dewi Sekartaji. Kisah Panji adalah cinta dan petualangan keduanya. Pada 30 Oktober 2017, cerita rakyat Panji masuk dalam daftar UNESCO Memory of the World. (tia/kmb)