Keduanya sama-sama telah melakukan banyak kolaborasi. Goenawan Mohamad selama beberapa tahun terakhir ini aktif di dunia seni rupa. Sedangkan Hanafi juga pernah kolaborasi lintas disiplin bersama sastrawan, musisi, dan performance artist.
Nantinya, di pameran koleboratif tersebut lebih dari 200 karya di atas kertas dan kanvas akan ditampilkan. Goenawan Mohamad mengatakan kolaborasi keduanya sama sekali tidak ada diskusi tentang konsep.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami tak banyak bicara satu sama lain. Hanafi yang tanpa pesan, tanpa kata-kata akan mengirimkan karya-karyanya kepada saya, saya kira dengan keyakinan hasil kreasi itu tak akan jadi buruk jika saya menambahkan garis, warna dan bentuk yang saya buat," kata Goenawan dalam keterangan pers yang diterima detikHOT, Rabu (6/6/2018).
![]() |
Hanafi pun mengibaratkan karya kolaborasinya seperti sebuah novel yang dibaca di halaman tengah. Pengunjung tidak akan bisa menduga awal dan akhir dari halaman novel.
"Sebuah kanvas punya banyak pintu, lebih banyak dari yang dimiliki sebuah novel," ujar Hanafi.
Dari dua pandangan di atas, keduanya ingin bebas untuk saling 'merusak' layaknya dialog yang tak selalu baik-baik saja.
"Bagi saya kata 'dirusak' adalah isyarat untuk membuat metamorfosis pada garis, bidang, dan warna yang ia tawarkan. Pada umumnya Hanafi membuat karya-karya monokromatik dan kalau tidak, deretan karyanya mengisyaratkan tema kenangan kepada Picasso, Max Ernst, sugesti erotic, dan bentuk-bentuk surealistis. Saya menyambut 'corak' ini mengikutinya justru dengan membuat beda tiap kali," tambah Goenawan.
![]() |
Usai pembukaan yang berlangsung pekan depan, pameran '57 x 76' akan menghadirkan workshop berjudul 'Kolaborasi Sebagai Metode' bersama Goenawan Mohamad, Hanafi, dan Agung Hujatnikajennong pada 24 Juni pukul 14.00 WIB di Galeri Nasional Indonesia.
Pameran bakal dibuka oleh Ir.Ciputra pada 21 Juni pukul 19.99 WIB serta berlangsung hingga 2 Juli 2018.