Kali ini, Kalanari Theeatre Movement menggelar pertunjukan berjudul 'Moro: A Fashion Story'. Pentas ini terinspirasi dari perjalanan mereka di Pulau Morotai.
Saat melakukan perjalanan, mereka menctat filosofi 'Morodina, Morodaku, Morodahu, dan Morodaki'. Filosofi yang menceritakan leluhur suku Moro hidup dan berasal dari laut, langit, hutan, dan permukaan tanah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Lewat cerita tersebut, Kalanari Theatre Movement mengisahkan seorang nenek bernama Tun yang pernah hilang dan kembali. Dia dipercaya melakukan perjalanan antar dunia manusia dan dunia lain yang tak kasat mata.
"Bagi kami, teater merupakan pintu masuk sekaligus pintu keluar untuk mempelajari, menginterpretasi, mengeksplorasi lalu merepresentasikan kebudayaan suatu masyarakat," kata Gandez Sholekah selaku pimpinan produksi kelompok seni Kalanari Theatre Movement.
Di pementasan selama 60 menit, Kalanari Theatre Movement membingkai warna, nuansa, model, serta gaya fesyen. Penampilan kelompok teater itu menjadi penutup rangkaian program yang dimulai pada awal Maret.
Dimulai dari pengiriman proposal art project, workshop, dan proposal pitching, maka terpilihlah 10 kelompok seni yang berkesempatan untuk menampilkan karyanya di Galeri Indonesia Kaya pada setiap akhir pekan di bulan Maret dan di awal bulan April 2018 ini. (tia/tia)