Dia pun menciptakan karya seni instalasi berjudul 'Law of the JOurney' yang memuat rakit sepanjang 60 meter dan dijejali 300 patung bergambar manusia tengah berlayar ke Pulau Cockatoo di Sydney. Itu adalah replika raksasa yang menggambarkan ribuan pengungsi di Laut Mediterania.
"Karya saya memberikan gambaran buruk Australia tentang siapa Australia dan seperti apa budaya Australia yang sebenarnya," ujar Ai Weiwei seperti dilansir dari SBS News, Senin (12/3/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama dua tahun belakangan, Ai Weiwei fokus pada karya tentang migrasi manusia. Dia mengunjungi 40 kamp pengungsi dalam pembuatan dokumenternya yang berjudul 'Human Flow'.
"Mereka (pengungsi) tidak bisa mengatakan 'hentikan kapal' atau 'bangun tembok', tapi mereka harus menghentikan perang, menghentikan kelaparan, dan kita harus mendidik anak muda agar memberikan masa depan yang lebih baik," katanya lagi.
Ai sendiri dikenal sebagai seniman kontemporer yang kerap mengkritik pemerintahan di negaranya. Dia ditahan di China selama 81 hari dan dianggap melakukan 'kejahatan ekonomi'.
"Saya lahir sebagai pembangkang karena ayah saya diasingkan, saya tumbuh di kamp-kamp pengasingan jauh dari rumah. Terbengkalai dan terdiskriminasi. Saya memahami orang-orang yang tak bersuara dan terdiskriminasikan," tukasnya.
(tia/tia)