"Karya saya yang menang di tahun 2016 lalu menggunakan material kain dan jujur sudah sangat nyaman dengan kain. Tapi saya belajar banyak ketika di Thailand kemarin, termasuk eksplorasi material dan teknik," tutur Ajeng ketika ditemui di Komunitas Salihara, akhir pekan lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di karya lainnya, boneka yang tengah duduk di atas kayu berbentuk kuda juga eksplorasi lainnya dari Ajeng. "Walaupun belum sempurna, ya harus aku coba terus dan mengolah banyak medium lagi," kata Ajeng.
![]() |
Lewat karya-karya yang ada dalam seri berjudul 'Lost in Translation' yang dipamerkan di Galeri Salihara, dia ingin mengenalkan hal personal pada publik. "Karya yang ada di sini adalah penyimbolan saya dan memang selalu bahas masalah personal dan hal-hal yang dekat dengan aku," pungkasnya.
Ajeng adalah juara ketiga Kompetisi Trimatra Salihara 2016 dan menyelesaikan studio seni rupa di ITB pada 2015 lalu. Awalnya dia banyak mengeksplorasi medium kertas, lalu beralih ke kain, suara, resin, dan kayu.
Pada 2017, dia melakukan residensi di Tentacles Art Space, Bangkok, Thailand. Serta berpartisipasi dalam pameran 'Two Young Indonesian Artist at Tentacles' di Tentacles Art Space tahun lalu.