Salah seorang pelaku street art, Inonk, menceritakan kepada detikHOT mengenai pengalamannya di bidang tersebut. Sejak SMA, lulusan Universitas Diponegoro (UNDIP) ini sudah aktif melukis di dinding.
"Kalau berbicara masa dulu pas SMA, saya ingat banget dulu ada battle, main bagus-bagusan karya. Yang nentuin publik, dari skor yang dikasih publik dan yang paling banyak disukai," ujar Inonk ditemui di toko grafiti Outline, Semarang, belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Permainan tersebut menjadi persaingan hingga mengakibatkan kubu antar geng. Setelah berdirinya Bringnoclan, Hysteria, dan kelompok street art lainnya suasana tersebut mulai mencair.
Beda Kota Beda Cerita, Bagaimana Skena Grafiti Sebelum 2012? Foto: Tia Agnes/ detikHOT |
Pecinta maupun pelaku street art tidak lagi saling bersaing dengan cara negatif. Namun, bersama-sama membawa nama kota Semarang hingga dikenal masyarakat umum. Cerita kota Semarang dinilai Inonk menjadi goresan sejarah tersendiri.
"Ya... beda kota, beda cerita sendiri. Mungkin di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan kota-kota lainnya punya cerita sendiri," tutup Inonk.












































Beda Kota Beda Cerita, Bagaimana Skena Grafiti Sebelum 2012? Foto: Tia Agnes/ detikHOT