Perkembangan street art yang terjadi di Semarang bermula dari ruang kolektif pelaku grafiti dan street art bernama Bringnoclan. Ruang yang berdiri sejak 2012 ini aktif menjadi forum bagi crew dan street artist di kota tersebut.
"Pelaku-pelaku seni grafiti sebelum 2011 berjalan sendiri-sendiri, tahun 2005-2006 itu masih sepi, tahun 2008 mulai ramai, dan awal-awal tahun 2011 mulai ada pergerakan. Di tahun 2013, ada event Hysteria yang mengajak pelaku seni grafiti di Semarang," ujar Ardian Murdianto atau akrab disapa Inonk ketika mengobrol dengan detikHOT di depan toko Outline Semarang, belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Setahun setelah pendirian ruang kolektif, sebuah event street art yang terbilang besar berlangsung di Semarang di bawah penyelenggaraan Bringnoclan. Lambat laun, perkembangan skena grafiti berjalan meski terasa lambat ketimbang kota-kota lainnya.
"Sebenarnya kami tidak ada official resminya kapan dimulai perkembangan grafiti di Semarang, tapi itu semua disepakti bareng-bareng pas bikin event kolektif itu," tambah Inonk lagi.
![]() |
Setelahnya, Inonk mengatakan para pelaku street artist pun mulai masuk dalam program-program festival seni yang ada di Jawa Tengah. Gara-gara Kampung Pelangi pula, masyarakat mulai terbiasa dengan kehadiran street art dan mural. Bahkan banyak yang meminta dinding rumahnya untuk dilukis.
Kali ini, tematik culture detikHOT akan membahas tentang skena grafiti dan mural yang ada di Semarang. Seperti apa kelanjutannya? Simak artikel berikutnya!
(tia/srs)