Dalam lukisan-lukisan Made Wianta, juga banyak simbol-simbol yang disisipkan. Seperti karya di periode Karangasem yang berasal dari periode 1980an. Menurut penuturan sang istri, Intan Wianta, di masa itu suaminya belum mengetahui apa itu surealisme.
"Yang dilukiskan sudah termasuk dalam gaya surealisme. Seperti gambar tangan-tangan yang ada banyak mata. Kalau dipikir-pikir itu sudah surealis," tutur Intan ketika berbincang di Ciptadana Center, kawasan Sudirman, Jakarta, Jumat (24/11/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Intan menuturkan saat suaminya masih belajar di ASRI (ISI) Yogyakarta, Made Wianta rajin membaca buku-buku di perpustakaan.
![]() |
"Simbolisme itu lahir di Eropa, simbolisme juga lahir di Eropa dan di situ Bapak belajar surealis. Pak Made menuangkannya seperti patra, huruf kawi, dan digabungkan simbol-simbol lainnya. Mungkin juga suami saya punya nightmare saat nonton Calon Arang atau Barong, meski sudah surealis dia masih hitam-putih," tutur Intan.
Setelah periode Karangasem, dilanjutkan dengan periode 'dot' atau titik-titik, triangle, garis-garis, dan bentuk geometrik lainnya. "Permukaan kanvasnya lebih bertekstur dan lambat laun periode setelahnya ada kegembiraan. Lebih berwarna dan berkembang," pungkasnya.
![]() |
Di pameran seni 'Run for Manhattan' karya Made Wianta ada delapan periode. Yakni, Karangasem, titik, segi empat, segi tiga, perakitan, kaligrafi, kalendek, dan media campuran. Kemampuan Made Wianta untuk menciptakan kosakata yang unik, dengan gaya Balinya sendiri serta gaya modern. Eksibisi dibuka untuk publik mulai hari ini sampai 8 Desember 2017 mulai pukul 09.00-17.00 WIB di Ciptadana Art Space, Ciptadana Center lantai 5.
Baca juga: Kepulauan Banda dalam Karya Made Wianta |
[Gambas:Video 20detik] (tia/tia)