Dilansir dari dancehouse.com, Selasa (26/9/2017), pertunjukan 'SALT' merupakan karya ketiga dalam trilogi 'Jailolo' yang menyatukan lima tahun kerja Eko.
Selama lima tahun, Eko meneliti tentang desentralisasi, pariwisata, pemuda, dan industri seni pertunjukan internasional. Karya 'SALT' berasal dari akarnya sebagai penari klasik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu adalah kosa kata yang terkait dengan sejarah pertanian Jawa yang dominan dalam pertanian," tulis pernyataan Eko Supriyanto.
Lewat 'SALT', dia terjun ke dalam keadaan anti-gravitasi di bawah permukaan laut, sebuah tarian di hierarki budaya. Didorong oleh pengalaman menyelam, 'SALT' memiliki irama dan kekuatan laut yang merupakan 80 persen berasal dari kepulauan Indonesia.
Pementasan 'SALT' akan diputar perdana di dunia di ajang deSingel Belgia pada 14 Oktober. Selanjutnya 'SALT' akan mengadakan pemutaran perdana di Dancehouse, Australia pada 4 November. Lalu Eko akan memulai pertunjukannya di Komunitas Salihara Jakarta di bulan November nanti.