Hal tersebut diungkapkan Michael ditemui di sela-sela latihan pertunjukan 'Danceventure' di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ).
"Di usia 12 tahun, saya baru belajar balet. Mama saya menawarkan coba deh masuk ke balet. Basicly, gara-gara saya punya asma," tutur Michael kepada detikHOT, Kamis (24/8/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah 13 tahun latihan balet, sakit asma yang diderita Michael ternyata berangsur sembuh. Sambil bercanda, dia mengatakan, mungkin sang ibunda memang sudah mengetahui manfaat balet bagi kesehatan.
"Mungkin aktivitas itu yang dibutuhkan, karena kan memompa jantung dengan baik. Saat menari, pernapasan itu kan harus diatur pelan-pelan. Ternyata setelah saya tahu itu ada juga teman-teman yang belajar balet dan mereka punya asma," tutur Michael.
Pria yang pernah mengenyam pendidikan jurusan IT di Universitas Multimedia Nusantara (UMN) ini tak hanya menjadi penari balet saja, namun dia juga mengajar di sekolah balet Marlupi.
Baca juga: Suka Duka di Balik Penari Balet Pria |
"Saya juga ngajarin tari kontemporer di Marlupi Dance Academy. Di SMP Tarakanita Citra Raya tempat sekolah saya dulu, saya juga mengajar kelas hiphop. Dan kelas hiphop itu menyenangkan banget," tutur Michael.
Saat ini, Michael pun kerap menciptakan koreografi baru dan dipentaskan ke publik. Di gelaran 'Danceventure' yang bakal berlangsung akhir pekan ini di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), Michael menciptakan tarian terinspirasi dari kisah Galih dan Ratna yang diberi judul 'Dua Sejoli'.
"Ini tarian yang bukan cuma klasik saja, tapi juga ada modern-nya. Kalau di cerita-cerita Galih-Ratna sebelumnya, kan sad ending. Saya nggak mau. Di sini, Galih-Ratna happy ending," pungkasnya.