Ke-9 seniman, tiga kurator, dan pengunjung akan bersama-sama menciptakan karya seni dalam waktu dua minggu. Penciptaan karya yang masih on-going tersebut sengaja dipilih oleh tim kurator.
"Kami memilih memamerkan dengan proses, bukan obyek seperti pameran seni rupa pada umumnya," tutur salah seorang tim kurator, Sally Texania, di Galeri Nasional Indonesia, Jumat (2/6/2017) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Konsep pameran yang 'studio terbuka' itu mengajak siapapun baik pengunjung maupun pecinta seni untuk berinteraksi. Serta mempertanyakan segala pertanyaan tentang apa itu seni rupa kontemporer dan lain-lain.
"Kami mengajak seniman dan pengunjung mempelajari apa yang sama-sama tidak tahu, bagaimana kami merespons sesuatu yang tidak tahu itu dalam benang merah regional Asia Tenggara," tambah Henry Tan asal Thailand.
Para seniman yang terpilih berasal dari beragam disiplin ilmu dan menggunakan beragam material dalam berkarya. Ada yang memajang seni lukis, instalasi, video art, performance art dan sebagainya.
Ke-9 seniman muda Asia Tenggara yang berpartisipasi di antaranya adalah Azam Aris (Malaysia), Fajar Abadi (Indonesia), Nuttapon Sawasdee (Thailand), Thuy Tien Nguyen (Vietnam), Tan Vatey ( Cambodia), Renz Lee (Philipina), Kaung Myat Thu (Myanmar), Leonard Yang (Singapure), Noy Xayatham (Laos)
Studio terbuka 'Mutual Unknown' dibuka dari 2 hingga 14 Juni mendatang. Tak memakai sistem pembukaan pameran tapi di tanggal 15 Juni, ke-9 seniman akan mempresentasikan karyanya di hadapan publik sekaligus menjadi proses akhir dari 'Mutual Unknown'. Pameran seni 'Mutual Unknown' berlangsung di Gedung A Galeri Nasional Indonesia, Jalan Medan Merdeka Timur No 14, Gambir, Jakarta Pusat.
(tia/kmb)