Pertunjukan 'Menara Ingatan' Teater Garasi Usung Sejarah Gandrung Banyuwangi

ADVERTISEMENT

Pertunjukan 'Menara Ingatan' Teater Garasi Usung Sejarah Gandrung Banyuwangi

Tia Agnes - detikHot
Senin, 15 Mei 2017 13:43 WIB
Foto: Istimewa
Jakarta - Teater Garasi mempersembahkan sebuah pertunjukan teater-musik berjudul 'Menara Ingatan'. Pentas yang berdasarkan karya komposisi Yenno Ariendra (kelompok musik Melancholic Bitch) bakal berlangsung di Teater Kecil, kompleks Taman Ismail Marzuki pada 24-25 Mei mendatang.

'Menara Ingatan' diangkat dari sejarah sekaligus ingatan Indonesia dari sudut pandang sejarah Gandrung Banyuwangi, yakni bentuk pertunjukan tradisi di timur Pulau Jawa. Gandrung dan masyarakat Osing pendukungnya adalah perihal perlawanan dalam menghadapi kekuasaan-kekuasaan yang ingin meringkusnya.

Produser Teater Garasi, Yudi Ahmad Tajudin, mengatakan proyek lintas seniman disiplin juga mengajak musik tradisi, musik digital, teater, hingga seni rupa kontemporer. "Karya ini berada di luar koridor teater musikal yang entah itu opera, operet, musikal, singspiels, ataupun drama per musica," tuturnya dalam keterangan yang diterima, Senin (15/5/2017).

Baca Juga: Riuh Kekacauan di Lakon Teater Garasi 'Yang Fana Adalah Waktu'

"Bentuk penggarapan karya ini cenderung memanfaatkan ruang yang disebut teater-musik dan mengelompokkan olah kerja teater yang bertumpu pada musik secara terbuka," katanya.

Sang komposer dan inisiator karya, Yennu Ariendra, mengatakan isu-isu ini diangkat dari sejarah Gandrung Bayuwangi.

"Ketika mengolah isu-isu ini, saya bertemu lagi dengan Gandrung, bentuk kesenian Banyuwangi yang sejak lama menarik perhatian saya. Dari sana saya kemudian mempelajari sejarah perlawanan kerajaan Blambangan yang dari dahulu, abad 14 M, selalu menolak tunduk pada kekuasaan Majapahit, Bali, Mataram hingga VOC," tutur Yennu Ariendra.

"Saya membaca kembali Suku Osing, penduduk asli Banyuwangi, yang dalam perang puputan (perang penghabisan) melawan Belanda dan Mataram mesti kehilangan 80 persen dari populasinya. Suku Osing, suku yang selalu berkata tidak pada setiap kekuasaan yang hendak menaklukkannya," pungkasnya.

Tiket pertunjukan dibanderol seharga Rp 150 ribu (VIP) dan Rp 75 ribu (kelas 1).

(tia/doc)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT