Dalam keterangan yang diterima, Rabu (1/3/2017), mengusung tema 'Teater Non-Verbal', perkembangan terbaru sengaja dipilih oleh Komunitas Salihara. Teater Non-Verbal lebih mengandalkan eksplorasi tubuh ketimbang seni peran.
Helateater 2017 menghadirkan kelompok mime yang digagas oleh Sena A.Utoyo dan Didi Petet di tahun 1987, Sena Didi Mime asal Jakarta. Kedua, ada Studio Taksu asal Surakarta yang akan membawakan repertoar berjudul 'Burung-burung Prenjak'. Karya ini terinspirasi dari puisi 'Terbangnya Burung' karya Sapardi Djoko Damono.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Satu lagi yang akan tampil, Komunitas Seni Hitam Putih dari Padangpanjang yang akan menutup festival dengan pentas berjudul 'Monopolis' pada 25 Maret mendatang.
Teater yang mengandalkan tubuh bisa dilacak jejaknya hingga jauh ke belakang. Di awal perjalanan teater di Tanah Air, ada pertunjukan Bip Bop (1967) oleh Bengkel Teater Rendra, Lho (1977) oleh Teater Mandiri, Meta Ekologi karya Sardono W.Kusumo.
Hingga hari ini, bentuk teater yang mengandalkan tubuh dalam pertunjukan terus dipentaskan dalam seni teater Indonesia. Mau menyaksikan perkembangannya? Helateater Salihara 2017 dibuka pada 11 Maret mendatang di Komunitas Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
(tia/mmu)