Panggung 'Telisik Tari 2016' Tampilkan Koreografi Empu Tari Melayu

Panggung 'Telisik Tari 2016' Tampilkan Koreografi Empu Tari Melayu

Tia Agnes - detikHot
Jumat, 25 Nov 2016 15:10 WIB
Foto: Tia Agnes/ detikHOT
Jakarta - Delapan pasang penari perempuan dan laki-laki menarikan tari Serampang 12. Gerakan yang dinamis dengan tempo sedang itu memulai gelaran panggung 'Telisik Tari 2016'. Program yang diselenggarakan oleh Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) itu mengusung tema tari Melayu.

Koreografer Kak Wardi yang mendirikan Sanggar Putih Melati menceritakan tari Serampang 12 diciptakan di tahun 1934. "Masuk ke Jakarta di tahun 1955-1956 dan tariannya sangat dinamis," ujarnya di atas panggung Graha Bakti Budaya, Kamis (24/11/2016) malam.

Setelah Kak Wardi menceritakan tentang budaya tari Melayu dan perkembangannya sampai sekarang, giliran koreografer Irianto Catur. Dia tampil dengan koreografi lebih populer dari tari Melayu dan menggunakan 'baskom' sebagai material. Irianto atau akrab disapa Kak Anto pernah menjadi murid Kak Wardi di tahun 1975, belajar tari Minang dan Melayu versi Tengku Nazli dengan Tom Ibnur serta Dedy Luthan di tahun 1980.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Panggung 'Telisik Tari 2016' Tampilkan Koreografi Empu Tari MelayuFoto: Tia Agnes/ detikHOT


Baginya 'baskom' adalah eksperimen menarik di tengah tari Melayu yang dinamis. "Saya sengaja memakai baskom sebagai salah satu alat yang menarik. Gimana gerakannya akan berubah cepat, lalu sedang, dan kembali dinamis," kata Irianto.

Empu tari Melayu terakhir yang ditampilkan adalah Tom Ibnur. Para penarinya mementaskan tari Zapin. Lewat garapan Tom Ibnur, tari Melayu dikembangkan lagi lebih kontemporer.

Di periode 1950-an, Tari Melayu berkembang di negara Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Tari Melayu adalah salah satu produk budaya masyarakat yang ada di Nusantara. Bung Karno mencanangkan para pemudi-pemuda Indonesia untuk belajar tari Melayu Serampang 12 sebagai usaha untuk membentengi pergaulan dari tarian-tarian budaya Barat (Cha-Cha, Waltz, Agogo) yang trend di kalangan anak muda kala itu.

Dalam sambutannya, Ketua Komite Tari DKJ Hartati mengatakan, fokus 'Telisik Tari' ini bertujuan untuk mengingatkan kembali bahwa budaya Indonesia banyak yang berdasar pada budaya Melayu. "Kami merasa generasi muda saat ini melihat Melayu seakan-akan adalah milik negara tetangga. Untuk itu pada Telisik Tari tahun ini kami angkat Tari Melayu," tutur Hartati.


(tia/mmu)

Hide Ads