'Opera Kecoa': Potret Orang-orang Terpinggirkan

'Opera Kecoa': Potret Orang-orang Terpinggirkan

Tia Agnes - detikHot
Kamis, 10 Nov 2016 11:42 WIB
Foto: Rachman Haryanto/detikFoto
Jakarta - "Mereka tinggal berhimpit-himpitan di kolong jembatan, sementara yang lain bermain dengan riang. Mereka merindukan kehidupan, sementara yang lain hidup bergelimpangan," sekelompok pemulung tengah bernyanyi di bawah kolong jembatan.

Wajah Jakarta masa kini muncul dari balik layar di atas panggung; padatnya ibukota, macetnya lalu lintas, demonstrasi di mana-mana, sempitnya hidup di kota yang sudah terpinggirkan. Gambar dari layar berganti ke potret masa lampau. Lalu, tiba-tiba saja helikopter lewat di atas para pemulung yang tengah bernyanyi, dan membubarkannya.

Adegan berganti kepada sosok pria yang berpakaian lusuh dan pria dengan celana kolor warna hijau, wajah Jakarta 31 tahun yang lalu. "Dia cuma ingin hidup, tidak pernah menganggu orang lain. Dia hanya mencari kerja dan cari penghasilan. Agar tidak kelaparan," ujar pria bernama Roima tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di sisi lain, di sebuah toko kelontong, Mbak Tarsih menjalankan bisnisnya selama bertahun-tahun. Usahanya tumbuh subur, langganan terus berdatangan setiap malam, dan karyawannya selalu menjaga kebugaran tubuh. Namun, Mbak Tarsih sedang khawatir. Lahan yang selama ini ditinggalinya segera digusur, dengan dalih 'lokalisir'.

'Opera Kecoa': Potret Orang-orang Terpinggirkan JakartaFoto: Rachman Haryanto/detikFoto


"Kompleks yang ada di pinggiran kota ini nggak pernah ganggu orang, sudah lima tahun hidup berdampingan dengan masyarakat dan nggak pernah ada masalah, malah memberi lahan pekerjaan," tutur Mbak Tarsih yang diperankan oleh Ratna Riantiarno.

Di sisi lain, seorang waria yang mencintai Roima tengah mengobrol dengan para PSK. Mereka berbagi tips agar memuaskan pelanggan. Selama hampir 3,5 jam lamanya, Teater Koma mementaskan pertunjukan berjudul 'Opera Kecoa' yang mengisahkan tentang orang-orang terpinggirkan dan rakyat miskin di pinggiran kota. Sutradara Nano Riantiarno mengatakan naskahnya sama sekali tidak diubah sejak pentas pertama, 31 tahun lalu.

"Ini betul-betul tidak saya ubah, apakah pemerintah atau masyarakat yang salah. Ceritanya masih membicarakan persoalan korupsi, dari 5 persen jadi 10 persen, kampung dibakar. Balik lagi pertanyaannya, kita atau pemerintah yang salah," ujarnya di Graha Bakti Budaya, TIM, Rabu (9/11/2016).

Nano menceritakan di tahun 1985, di zaman itu waria sedang ada di mana-mana. Ada tiga sisi hal yang penting. "Saya nulis pas Bom Waktu (1983), mereka orang-orang yang terpinggirkan itu penting, kalau itu ada mau diapain," kata dia.

'Opera Kecoa': Potret Orang-orang Terpinggirkan JakartaFoto: Image Dynamics/ Bakti Budaya Djarum Foundation


Teater Koma selalu berhasil tampil memuaskan penonton tanpa ada detail kesalahan apapun. Akting para pemain, koreografi, termasuk nyanyian tampil menghibur. Khususnya karakter Julini yang diperankan oleh Joind Bayuwinanda yang dari awal hingga akhir adegan mampu membuat penonton tertawa, dan berdecak kagum. Ironi potret rakyat miskin di 'Opera Kecoa' ditutup dengan Monumen Julini yang ditetapkan sebagai Hari Waria Nasional.

Pementasan Opera Kecoa tahun 2016 ini didukung oleh Ratna Riantiarno, Budi Ros, Rita Matu Mona, Dorias Pribadi, Alex Fatahillah, Daisy Lantang, Sri Yatun, Ratna Ully, Raheli Dharmawan, Julius Buyung, Ina Kaka, Ledi Yoga, Dodi Gustaman, Sir Ilham Jambak, Bangkit Sanjaya, Rangga Riantiarno, Adri Prasetyo, Tuti Hartati, Bayu Dharmawan Saleh, Didi Hasyim dan Joind Bayuwinanda.

Lirik-lirik gubahan N. Riantiarno akan diiringi oleh komposisi musik almarhum Harry Roesli dengan aransemen garapan Fero Aldiansya Stefanus, tata gerak garapan Ratna Ully serta bimbingan vokal Naomi Lumban Gaol. Penataan busana oleh Alex Fatahillah, tata artistik dan tata cahaya panggung digarap oleh Taufan S. Chandranegara, didukung oleh Pimpinan Panggung Sari Madjid, pengarah tehnik Tinton Prianggoro serta Pimpinan Produksi Ratna Riantiarno, di bawah arahan Co-Sutradara Ohan Adiputra dan Sutradara N. Riantiarno.

Opera Kecoa, produksi ke-146 Teater Koma dipentaskan di Graha Bhakti Budaya, Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki, setiap hari selama 11 hari, mulai 10 sampai dengan 20 November 2016, pukul 19.30 WIB, kecuali hari Minggu, pukul 13.30 WIB.

(tia/dar)

Hide Ads