"Ada banyak jadwal yang kami sudah persiapkan untuk Balabala dan Cry Jailolo, dimulai dari bulan Januari," ungkap Eko ditemui di Komunitas Salihara, Jakarta Selatan.
Di bulan Januari dan Maret, tarian 'Cry Jailolo' dan 'Balabala' ditampilkan di ajang Sydney Festival dan di Melbourne. Di bulan Juni sampai Juli, juga akan dipentaskan di Jepang serta Taiwan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari rangkaian tur, yang menarik adalah 'Cry Jailolo' bakal digelar di Ramalah, Palestina pada bulan April 2017. Dalam 'Balabala', Eko Supriyanto dan lima penari membongkar irama dan bentuk tarian perang Cakalele dan Soya-soya yang biasanya digerakkan oleh laki-laki. Eko merekonstruksi lagi batas antara hierarki dalam budaya dan kesenjangan peran laki-laki dan perempuan.
(tia/tia)