Antara media digital dan analog, eksibisi juga merangsang beragam pengalaman sensoris untuk mendorong pengunjung terlibat di karya seni. Dalam keterangannya, Duta Besar Republik Korea untuk Indonesia, Cho Tai Young mengatakan karya-karya dalam pameran mempertanyakan hierarki antara pikiran dan tubuh.
"Di saat yang bersamaan, kita juga didorong memahami kembali penekanan konvensional yang diberikan masyarakat modern dan merangsang untuk mengeksplorasi banyak hal," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Karya animasi digital Kim 'Jangdna' juga menghasilkan bayang visual dari suara manusia. Suara tersebut menyusun dan mengurai citraan yang merupakan simbol kumpulan DNA manusia.
Kurator pameran, Jeong-ok Jeong juga mengungkapkan pengalaman seorang seniman dengan karya seni bisa menjadi bersifat personal. "Ketika kita mengapresiasi karya dan memberikan banyak perbedaan, khususnya dengan ragam indera kita," katanya.
Dibuka pada 21 Oktober, eksibisi masih bisa dilihat hingga 3 November mendatang. Selain karya 9 seniman Indonesia-Korea, lokakarya seni anamorphic, visual mapping, dan experimental tapestry juga meramaikan pameran.
Seniman Korea yang berpameran di antaranya adalah Suk Young Choi 'Interactive SeeSea Drawing', Hyung Joong Kim 'Jangdna', Hye Rim Lee 'Obsession/Love Forever', Seung Soon Park 'Aquaphonics'. Sedangkan seniman Indonesia yang berpartisipasi adalah Anang Saptoto 'Keren dan Beken', Elia Nurvista 'Rerasan Jaman', Fajar Abadi 'Rasarumah', Heri Dono 'The Trio Angels', Ricky 'Babay' Janitra 'Ilogical Room',
Pameran seni Media Instalasi Korea-Indonesia diselenggarakan di Galeria Fatahillah, Jalan Fatahilah Nomor 3, Kota Tua, Jakarta.
(tia/mmu)