Dikuratori oleh Rizki A.Zaelani dan Inge-Marie Holst, '100 Tahun Otto Djaya' akan menampilkan sekitar 200 karya pribadinya. Pameran istimewa ini diselenggarakan oleh Galeri Nasional Indonesia dengan inisiasi dari Inge-Marie Holst dan Hans Peter Holst yang melakukan penelitian terhadap sosok dan karya-karya Otto Djaya.
Dalam keterangannya, Jumat (30/9/2016), lukisan-lukisan karya Otto menjelaskan berlangsungnya tegangan kekuatan yang saling menarik antara nilai kenangan dan konteks persoalan sosial-budaya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ia menunjukkan berbagai kejadian sehari-hari yang umum dikenal masyarakat di Indonesia (khususnya di pulau Jawa), seperti tema-tema tentang pasar, warung, para pedagang asong, perayaan perkawinan, pertunjukan kesenian tradisi, perjalanan dengan kendaraan bermotor, sepeda, kereta kuda, dan lain-lain," ujar Rizki.
Pameran seabad Otto Djaya dibuka pada Jumat (30/9) malam, pukul 19.30 WIB di Gedung A Galeri Nasional Indonesia. Di malam pembukaan, Gallery Tour, dan Gallery Talk, akan disajikan buku berjudul The World of Otto Djaya (1916β2002). Buku ini menceritakan tentang seorang Otto Djaya sebagai salah satu pelukis Indonesia yang karyanya dikoleksi oleh Presiden Soekarno.
Otto Djaja bernama lengkap Otto Djajasuntara. Lahir di Rangkasbitung, Jawa Barat, 6 Oktober 1916. Ia merupakan adik dari pelukis Agus Djaya (1913-1994). Kedua saudara tersebut merupakan anggota Persatoean Ahli-Ahli Gambar Indonesia (Persagi) pada tahun 1937 (Agus Djaja merupakan ketua Persagi). Mereka berdua saling memberi pengaruh di dalam berkarya. Selama pendudukan Jepang, ia bersama kakaknya bekerja di Pusat Kebudayaan (Keimin Bunka Shidoso). Otto Djaja mengikuti latihan militer selama pendudukan Jepang, berkedudukan sebagai perwira Pembela Tanah Air (PETA/Cu Dancho) di Bogor. Di masa revolusi, Otto Djaja merupakan seorang tentara berpangkat mayor dalam angkatan perang Indonesia.
Pada 14 Januari 1978, Otto Djaja mengadakan pameran tunggal pertamanya di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta. Otto Djaja meninggal dunia di Jakarta, 23 Juni 2002.
(tia/mmu)