Kepala Goethe Institut Indonesia, Heinrich Blomeke, mengatakan She She Pop adalah representasi dari pentas post-dramatic bertaraf internasional.
"Di Jerman dan keseluruhan Eropa, ada 20 sampai 25 grup yang telah konsisten menggunakan konsep ini," katanya saat jumpa pers di Komunitas Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (24/9/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berfokus pada kaum ibu yang tidak hadir langsung tampil ditampilkan lewat sebuah proyeksi video. Ide pementasan ini berasal dari, karya Le Sacre du Printemps oleh Igor Strawinsky–atau Das Frühlingsopfer dalam bahasa Jerman, seorang gadis muda dikorbankan karena kemurahan hati dewa musim semi. Meski tak akan diprotes di masa sekarang, tapi tema ini tetap kontroversial.
"She She Pop selalu mementaskan isu personal tentang hubungan dirinya dengan masyarakat dan tahun ini tentang sebuah pengorbanan. Ketika nanti menonton, bukan lagi sebuah pentas abstrak tapi lebih interaktif sekaligus menghibur," tambah Blomeke.
Sebelum berlangsung di Indonesia, versi baru dari 'The Rite of Spring' ini telah dipentaskan di Swiss, Jepang, Prancis, Ceko, Austria, Italia, Meksiko, dan Kuba. Pentas She She Pop akan membuka festival pada 1 Oktober mendatang.
(tia/wes)