9 Ribu Orang Tanda Tangan Petisi Menuntut Pembebasan Ahmed Naji

9 Ribu Orang Tanda Tangan Petisi Menuntut Pembebasan Ahmed Naji

Tia Agnes - detikHot
Kamis, 01 Sep 2016 18:00 WIB
Foto: Tia Agnes
Jakarta - Penulis Ahmed Naji divonis dua tahun bui karena buku 'The Use of Life' yang ditulisnya. Kini, sebanyak 9000 penulis dan tokoh literasi menandatangani petisi untuk menuntut pembebasan Ahmed Naji.

Vonis hukuman Naji dijatuhkan dua tahun penjara pada Februari lalu karena diduga terdapat unsur seksual dan hasutan di novelnya. Lebih dari 500 penulis Mesir dan seniman, termasuk Ahdaf Soueif menandatangani solidaritas. Sampai sekarang sudah terkumpul ada 9000 tanda tangan dari seluruh dunia.

Di antaranya adalah pengarang Philip Roth, Chimamanda Ngozi Adichie, dan Dave Eggers, penyanyi-penyair Patti Smith, sutradara Woody Allen dan komposer Stephen Sondheim, salah satu yang berpartisipasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Simak: Art Stage Jakarta Kedua Digelar 11-13 Agustus 2017

Petisi bermula dari bulan Mei lalu. Rencananya akan dikirim kepada Presiden Abdel Fatah al-Sisi atas tindakan kerasnya kepada komunitas dan organisasi budaya di Mesir. Di dalam surat disebutkan alasan Naji mendapatkan hukuman dua tahun bui.

"Tuan Naji menjalani vonis dua tahun hukuman penjara karena menulis sebuah novel yang referensinya ke seks dan narkoba. subyeknya berhubungan dengan kehidupan bebas yang terjadi masa sekarang ini dan jelas sekali seharusnya konstitusional Mesir melindungi kebebasan berekspresi," tulis surat, seperti dilansir dari Guardian, Kamis (1/9/2016).

Namun, Tahrir Institute untuk Kebijakan Timur Tengah melaporkan pada 27 Agustus lalu, pengadilan Kairo memutuskan untuk menunda vonis Naji dan dia bisa naik banding. Petisi dari Tahrir Institute tersebut mengutuk hukuman Naji dan menyebutnya tidak konstitusional dan mengkritik kebebasan berekspresi.

Direktur PEN America, Suzanne Nossel, mengatakan Mohamed Naji menerima penghargaan PEN atas kebebasannya menulis. "Nama Ahmed Naji telah menjadi seruan bagi penulis di seluru dunia untuk berdiri dengan bebas dan tidak bersedia menyerahkan hak-hak mereka tanpa perlawanan," pungkasnya.

(tia/mmu)

Hide Ads