Tromarama akan mengubah interior dari rumah pribadi menjadi sebuah ruang refleksi penuh teka-teki. Nantinya, bakal ada gambar bergerak, suara, dan mengeksplorasi bagaimana dunia digital mengubah keberadaan manusia.
"Pameran ini menyajikan animasi baru dan lenticular cetak serta kerja baru yang dibuat khusus untuk pameran ini. Tromarama Solo Exhibition menjadi bagian dari Liverpool Biennial," kata Ying Tan, dalam keterangan pers, Kamis (30/6/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lokasi Open Eye Gallery yang didirikan pada 1977 silam merupakan galeri seni fotografi non-profit yang berdomisili di Liverpool. Sebagai salah satu ruang seni fotografi ternama di Inggris, Open Eye Gallery konsisten menampilkan karya seni fotografi bagi publik.
![]() |
Di eksibisi tunggal Tromarama, nantinya fitur animasi menampilkan obyek sepatu, koper, lampu meja, kabel, dan gambar lanskap perkotaan di Indonesia. Meski biasanya karya Tromarama berada di ruang publik tapi karyanya selalu interaktif dan mengajak siapapun untuk berkomunikasi.
Simak: Merasa Mirip Van Gogh? Ikuti Kompetisi Berhadiah Rp 73 Juta
Tromarama adalah kelompok seniman kolektif yang dibentuk pada 2006 oleh Febie Babyrose, Herbert Hans Maruli, dan Rudy Hatumena. Lulusan dari Institut Teknologi Bandung (ITB), tiga seniman ini berhadapan dengan dampak revolusi digital pada awal 2000-an. Karyanya pun telah dipamerkan di seluruh dunia.
Di antaranya adalah pameran tunggal di Stedelijk Museum (Amsterdam, 2015), National Gallery of Victoria (Melbourne, 2015), Mori Art Museum (Jepang, 2010). Sedangkan pameran bersama yakni di Frankfurter Kunstverein (Frankfurt, 2015), Samstag Museum of Art (Adelaide, 2014), APT 7 QAGOMA (Brisbane, 2012), dan Singapore Art Museum (Singapura, 2012).
(tia/doc)