Namun, di balik pengerjaan yang menghabiskan uang mencapai Rp 221 miliar itu terdapat isu yang mengatakan bahwa Christo terlalu menghamburkan uang. Benarkah?
Menurut Artnews, sekelompok masyarakat yang menamakan Codacons mengumumkan akan mengajukan keluhan terkait pengeluaran dari sponsor dan otoritas setempat. Serta mengajukan investigasi atas dana dari karya seni instalasi Christo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami ingin tahu bagaimana uang dan masyarakat pembayar pajak telah dihabiskan untuk uang tersebut. Tampaknya uang dihambur-hamburkan untuk publisitas besar bagi sang seniman tanpa membawa manfaat langsung pada perusahaan lokal dan warga," ujar Codacons dalam sebuah pernyataan.
Pekan lalu, ada 3000 orang yang mendatangi 'The Floating Piers' dan rela mengantre. Codacons mengklaim biaya paling banyak dikeluarkan yakni untuk membersihkan karya dan memastikan keselamatan semua orang yang terlibat di dalam proyek.
Menanggapi keluhan tersebut, Christo hanya santai saja. Dia mengatakan karya yang diidam-idamkannya bersama mendiang sang istri agar bisa diakses semua orang. Karya yang tanpa tiket masuk, bisa diakses 24 jam sehari, tujuh hari dalam seminggu diakui Christo dari dana penjualan karya-karya ciptaannya.
"Tapi biaya tak terduga sangat besar, sehingga ada sponsor lainnya yang membiayai The Floating Piers," tutupnya.
(tia/mmu)