Berbagai aksi razia, sweeping dan intimidasi terhadap atribut dan buku-buku bertema “kiri” telah membangkitkan solidaritas di kalangan pelaku industri perbukuan di Jogja. Disusul dengan perkembangan terakhir, yakni adanya dukungan dari kepala perpustakaan nasional di Jakarta terhadap pemberangusan buku-buku kiri, maka lengkaplah sudah keprihatinan dan kecemasan yang melanda dunia literasi Tanah Air.
Sebuah aliansi yang menamakan diri Masyarakat Literasi Indonesia bertepatan dengan Hari Buku Nasional, 17 Mei hari ini, menggelar ‘Orasi dan Maklumat Buku Jogja’ di Kantor LBH Yogyakarta di Kotagede, pukul 10.00 WIB pagi tadi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masyarakat Literasi Indonesia adalah aliansi yang meliputi penerbit, lembaga percetakan, toko buku, pelapak online, asosiasi buku, pembaca, pegiat media komunitas dan literasi, perupa, media independen, dan organisasi kemahasiswaan.
Lebih jauh, dalam aksi bersama itu, Muhidin membacakan Maklumat Buku yang terdiri atas 7 butir. Antara lain diingatkan kembali bahwa kebebasan berpendapat melalui media termasuk penerbitan buku merupakan bagian dari amanat Reformasi dan Konstitusi yang harus dirawat bersama dalam semangat keberagaman.
Aliansi tersebut juga mendorong agar setiap perselisihan pendapat atas pikiran yang berbeda diselesaikan dengan jalan dialog dan mimbar-mimbar perdebatan untuk memperkaya khasanah pengetahuan dan keilmuan.
Selain di Yogyakarta, pernyataan sikap atas pemberangusan buku juga digelar di Bandung dan Semarang.
(mmu/mmu)