'The Sympathizer' menceritakan tentang mata-mata komunis setengah Vietnam dan setengah Prancis yang berada di Los Angeles. Novelnya mengalahkan karya Jessica Knoll dengan 'Luckiest Girl Alive' yang diumumkan Kamis pekan lalu.
Saat pengumuman Pulitzer, ia sempat memposting sebuah tulisan di situsnya dan menceritakan beberapa menit sebelum pengumuman, ia berutang banyak kepada banyak orang. "Perjuangan yang belum selesai untuk keadilan sosial, perdamaian, keseteraan gender, dan semua pihak di setiap golongan masyarakat belum usai. Saya berpikir tentang utang yang saya besar dan berutang kepada mereka semua," ujarnya, seperti dilansir dari Guardian, Senin (2/4/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya tidak ada penulis minoritas, tidak ada penulis warna, dan sebagainya. "Kita semua sangat berutang budi kepada perjuangan kolektif dan aktivis yang sudah mendahului kita, yang meletakkan dasar bagi prestasi individu kepada semua orang yang cukup beruntung untuk selalu diingat," tambahnya lagi.
Penyelenggara penghargaan Edgar tidak mengumumkan alasan memilih karangan penulis Vietnam tersebut. Tapi, review dari Guardian menilai bukunya mampu menemukan konsep baru dalam menulis, dan pemikiran global perang Vietnam dan warisan yang masih disisakan sampai sekarang ini. Penghargaan ini diberikan kepada penulis kejahatan yang paling terkenal dan produktif sepanjang waktu, serta penulis yang paling sukses.
Sebelumnya, penghargaan ini diberikan kepada Lori Roy dengan novel 'Let Me Die in His Footsteps' yang terinspirasi dari kisah hukuman mati di Amerika Serikat. Buku Stephen King pun menang kategori cerita pendek kriminal terbaik.
(tia/tia)