Hal tersebut dikatakan oleh pengamat opera, Ninok Leksono. "Opera Carmen sering dibuatkan rekaman pops klasik, ada cerita yang kuat, dan setting eksotik. Jadi yang paling sering dipentaskan dan yang paling disukai di dunia," ungkapnya di Galeri Indonesia Kaya (GIK), kemarin.
'Carmen', kata Ninok, mengisahkan perjalanan cinta seorang wanita gipsy yang dramatik nan tragis. Tokoh perempuan yang memainkannya pun terbilang kharismatik dan melodi yang dinyanyikannya mudah untuk digumamkan di kamar mandi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Simak: The Resonanz Tampilkan Opera Klasik 'Carmen' 16-17 April
Opera empat babakΒ yang menceritakan kisah tragis perebutan hati wanita gipsy ini pertama kali dipentaskan di Paris pada 1875. 'Carmen' adapatasi dari The Resonanz Music Studio dengan sutradara dari Jos Groenier menghadirkan penampilan istimewa para solois andalan Indonesia.
Mereka adalah Heny Janawati, Farman Purnama, Harland Hutabarat, Birgitta Sisca, Rainier Revireino, Hari Santosa, Fitri Muliati, Valentina Aman, Alvin Tobing, dan Renno Krisna. Opera ini juga melibatkan koor dalam jumlah besar yaitu Batavia Madrigal Singers dan The Resonanz Children's Choir yang kerap memperoleh penghargaan tinggi di kompetisi paduan suara internasional.
Baca Juga: Mengenal Renata Owen, Ilustrator Cantik yang Nge-hits
Penampilan generasi muda ini akan dilengkapi dengan iringan musik Jakarta Concert Orchestra dan tatanan multimedia, suara, dan cahaya, yang melibatkan Taba Sanchabachtiar, Sadat Effendy, dan Iwan Hutapea.
Opera 'Carmen' merupakan bagian dari rangkaian peayaan 20 tahun Batavia Madrigal Singers. Pementasan inid iharapkan mampu menyusul kesuksesan opera 'Samson et Dalila' karya Camille Saint-Saens di tahun 2006.
'Carmen' yang berlangsung pada 16-17 April 2016 tiketnya dibanderol dari harga Rp 300 ribu (siswa), Rp 500 ribu (kelas II), Rp 1 juta (kelas 1), Rp 1,5 juta (VIP), dan Rp 2 juta (VVIP).
(tia/mmu)