Harta Karun Persembahan Perupa Haryadi Suadi

Harta Karun Persembahan Perupa Haryadi Suadi

Tia Agnes - detikHot
Jumat, 01 Apr 2016 18:00 WIB
Foto: Tia Agnes
Jakarta - Setelah 40 hari kepergian sang ayah, Haryadi Suadi, Radi Arwinda menyelesaikan janji kepada keluarga dan kerabat terdekat. Pameran tunggal sekaligus retrospektif dari Haryadi Suadi (1938-2016) akan dibuka selama 10 hari di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta Pusat, dari 1-10 April 2016.

Janji tersebut terlaksana. Dari Kamis (31/3/2016), pameran resmi dibuka. Keluarga, kerabat dekat, dan mahasiswa seni memadati eksibisi akbar yang dikuratori oleh Rizki A.Zaelani dan Rikrik Kusmara. Satu per satu, karya pria yang akrab disapa Yadi itu dipajang dari ruang depan gedung A.

Karya-karya Haryadi dari tahun 1960-an sampai akhir hayatnya dipamerkan secara gratis ke publik. Mulai dari karya grafis (woodcut, serigrafi, linografi/cetak grafis lino, dan xerography), lukisan (cat minyak dan cat akrilik pada kanvas), lukisan kaca, dan sulaman. Totalnya ada 160 karya yang didominasi oleh karya Haryadi, serta dilengkapi dengan karya Radi Arwinda dan Risa Astrini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari depan sampai ke belakang, pengunjung bisa melihat karya Abah sampai karya akhir usianya. Cukil kayu yang sangat terkenal, lukisan kaca Abah yang juga terkenal, dan sampai harta karun Abah yang baru kami temukan setelah Abah meninggal dunia," ujar Radi Arwinda yang juga berprofesi sebagai seniman, di sela-sela malam pembukaan, Kamis (31/3/2016) malam.

Simak: Haryadi Suadi Dianggap Sosok Penting di Sejarah Seni Rupa Indonesia



Di salah satu ruangan terdapat karya kaligrafi Haryadi yang goresannya terlihat lebih 'liar', 'kasar', dan berbeda dari ciri khas karya-karya lainnya. Putri Haryadi, Risa Astrini yang juga berada di samping Radi juga mengungkapkannya.

"Saat kami tanya ke ibu, ibu juga nggak tahu kalau Abah ternyata pernah melukis itu. Kami nggak tahu judulnya tapi kalau dilihat karya Abah sebelum bertemu ibu. Setelah menikah dan berkeluarga, goresan Abah lebih halus," beber Risa.

Karya Haryadi yang mencirikan naratif dan simbolik, dinilai kurator Rizki A.Zaelani berbeda dari pelukis Bandung yang lainnya. "Karena mereka biasanya sangat ekspresionis," tegasnya.



Di lukisan-lukisan Haryadi, memang banyak simbol yang ditampilkan. Tak hanya simbol pewayangan yang seperti 'Rama Shinta', tapi juga simbol Dewi Kwan Im yang dilukiskannya. Bahkan Haryadi tak segan memakai simbol dari makhluk hidup, agama, budaya, dan tradisi lainnya. Simbol itu juga yang menjadi ciri khas Haryadi sampai sekarang.

Di bagian belakang gedung A, itulah bagian dari hasil artistik karya kolaborasi bersama kedua anaknya. Simbol dan karya yang ditampilkan hampir tidak ada perbedaan, hanya berasal dari warna-warna yang digunakan serta medium dalam berkesenian saja. Jika sempat, melongoklah ke ruang kecil gedung A yang terdapat instalasi 'bayangan'. Layaknya sebuah lampu di sisi tempat tidur, simbol yang diciptakan oleh Haryadi dan putrinya menarik pengunjung untuk memotret.

Pameran 'Persembahan Haryadi Suadi (1938-2016) -Β  Radi Arwinda dan Risa Astrini masih berlangsung sampai 10 April 2016!


(tia/mmu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads