Mereka menilai PBB harus menangguhkan negara Arab Saudi dari Dewan HAM karena catatan buruk pada penegakan kebebasan sipil yang terjadi di negara tersebut. Selain Pamuk, ada penulis Mario Vargas Llosa, Barack Obama, David Cameron, sampai Kementerian Luar Negeri Jerman yang ingin PBB segera campur tangan.
"Puisinya tidak dapat dihukum, karena banyak orang yang sekarang membacanya. Sampai di 44 negara," ucap penulis asal Inggris Raya Priya Basil, seperti dilansir dari Guardian, Senin (18/1/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fayadh lahir di Arab Saudi dari orang tua yang merupakan pengungsi asal Palestina. Sesuai hukum negara Arab, dia tidak mendapatkan kewarganegaraan Saudi. Pria berusia 32 tahun itu juga seorang kurator seni untuk Saudi di ajang Venice Biennale di tahun 2013 dan aktif dalam organisasi seni Inggris-Arab yang bernama 'Edge of Arabia'.
Karena kasus tuduhan atheis tersebut, sejak Januari 2014 dia telah dipenjara. Fayadh dilaporkan oleh seorang pria yang menuduhnya membuat komentar menghina agama Islam dalam sebuah diskusi buku di tahun 2008 dan kasusnya terus bergulir sampai sekarang. Buku kumpulan puisinya 'Instructions Within', dinilai mengandung unsur atheisme dan dirinya dituduh murtad.
Simak: Novel Hanum Rais 'Faith and The City' Masuk Daftar Buku Terlaris
Awalnya, Fayadh dihukum 4 tahun penjara dan 800 cambukan oleh Pengadilan Abha pada Mei 2014. Namun, November 2015 terjadi banding dan hakim memutuskan ia harus dieksekusi mati. Ayahnya meninggal dunia karena stroke setelah mendengar kabar vonis hukuman mati. Namun, Fayadh tidak diizinkan untuk menghadiri pemakaman.
Bulan lalu, para ahli hak asasi manusia PBB juga menyerukan pada pemerintah Arab Saudi untuk menghentikan eksekusi Fayadh. Mereka mengutuk pelanggaran berat atas kebebasan berekspresi yang dibatasi.
(tia/ron)