Srihadi yang kini berdomisili di Bandung mengatakan ketika dia tengah membereskan arsip-arsipnya bersama istri, Siti Farida, ternyata ada banyak sketsa yang disimpannya. "Kenapa tidak kita pamerkan saja kertas-kertas itu," ungkap Farida yang duduk di samping Srihadi.
Akhirnya, keduanya pun fokus terhadap sketsa-sketsa yang selama ini telah dikumpulkan. "Tidak tahunya terkumpul lebih dari 400 karya berbasis kertas dan belum pernah disampaikan, diperlihatkan ke publik," lanjut Srihadi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Seniman itu harus memiliki kebebasan dalam proses kreatifnya tapi saya memilih kebebasan yang cerdas," kata pria kelahiran 4 Desember 1931 silam ini.
Salah satu karya Srihadi yang menarik untuk dilihat adalah periode-periode awal dirinya menjadi seniman di tahun 1946. Kala itu, kata kurator pameran Rikrik Kusmara, ada sketsa yang bergambar Borobudur dan baru ditemukan pada era 1970-an.
"Padahal Srihadi udah bikin di awal periode kariernya. Dan baru ditemukan lebih dari 20 tahun kemudian dan jadi karya fenomenal," ujar Rikrik.
Karya 'Borobudur' Srihadi itulah yang dipilih dan dijadikan poster oleh UNESCO di tahun 1983. Pameran tunggalnya akan berlangsung pada 11-21 Februari di Galeri Nasional Indonesia (GNI) dan dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan pada pukul 19.00 WIB.
(tia/ron)












































