Besok Hari Terakhir! Ayo, ke Museum Temporer 'Rekoleksi Memori' di TIM

Besok Hari Terakhir! Ayo, ke Museum Temporer 'Rekoleksi Memori' di TIM

Is Mujiarso - detikHot
Jumat, 11 Des 2015 11:14 WIB
Jakarta - Apa yang Anda bayangkan tentang museum? Bangunan kuno yang besar dan gagah, berisi benda-benda bersejarah? Tentu saja. Namun, dalam prinsip yang paling mendasar, museum sejatinya adalah sebuah ruang konseptual, tempat bagi memori bersama dipanggil kembali, dikumpulkan dan dirawat sebagai pijakan untuk melangkah ke masa depan.

Itulah yang mendasari munculnya Museum Temporer ‘Rekoleksi Memori’ di kompleks Taman Ismail Marzuki, Jakarta sejak Senin (7/12) lalu. Sesuai dengan namanya, “temporer”, museum tersebut memang hanya dibangun untuk sementara, yakni sampai Sabtu (12/12) besok. Bagi yang belum berkunjung, yuk diagendakan!

Makna penting acara ini antara lain ditandai dengan kunjungan Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, Kamis (10/12) kemarin. Kehadiran Menteri Yasonna sekaligus membuka diskusi “Refleksi 70 Tahun Perjalanan Penanganan HAM di Indonesia” yang antara lain menampilkan Jimly Asshiddiqie. Acara ‘Rekoleksi Memori’ digelar oleh Partisipasi Indonesia, Komnas HAM dan Dewan Kesenian Jakarta untuk memperingati Hari HAM sedunia yang jatuh setiap 10 Desember.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Direktur Museum Temporer ‘Rekoleksi Memori’ Yulia Evina Bhara menemani Menteri Yasonna berkeliling melihat karya. Saat melihat foto Tom Iljas pada karya Elisabeth Ida, ia meminta Menteri untuk mencabut cekal terhadap pria yang ada di foto tersebut. Tom Iljas adalah seorang eksil yang dideportasi beberapa waktu lalu saat berziarah ke kampung halamannya di Sumatera. Menteri pun menjawab bahwa Kementerian Hukum dan HAM saat ini sedang berupaya mencabut cekal Tom Iljas agar dia bisa kembali ke Tanah Air.

Dalam sambutannya, Menteri Yasonna menyampaikan rasa gembiranya atas inisiatif pembuatan museum temporer tersebut. “Kita harus membuka diri, bahwa ada hal-hal yang harus dikoreksi dalam sejarah kita,” tutur Menteri seraya menyebutkan sejumlah kasus HAM yang belum selesai hingga saat ini selain Tragedi ’65, yakni Peristiwa Semanggi, Tragedi Trisakti, Peristiwa Tanjung Priok, dan persoalan DOM di Papua. “Semua itu harus menjadi memori yang jadi refleksi anak bangsa,” ujarnya.

Museum Temporer ‘Rekoleksi Memori’ berdiri di area depan Gedung Teater Jakarta. Bangunan museum tersebut berupa sebuah paviliun besar dengan struktur rangka yang tembus pandang. Di dalamnya, pengunjung bisa melihat berbagai karya seni berupa fotografi hingga instalasi video yang mengangkat isu seputar Tragedi 1965.

Museum tersebut dibuka gratis mulai pukul 12.00 hingga 22.00 WIB, disertai dengan bazar komunitas, dan panggung kesenian. Selain menghadirkan museum temporer, acara Rekoleksi Memori juga menghadirkan berbagai diskusi. Untuk hari ini, Jumat (11/12) berikut agendanya:

Pukul 15.00-18.00: Persembahan untuk Ibu-ibu Penyintas 1965 dan Bedah Buku Foto ‘Pemenang Kehidupan’ karya Adrian Mulya, dengan pembicara Erik Prasetya, Dinda Kanya Dewi, Adrian Mulya, Lilik Hs dan Ibu-ibu Penyintas

Pukul 19.00-22.00: Diskus ‘HAM dalam Karya Sastra’, bersama Okky Madasari, Linda Christanty dan Fani Chotimah.





(mmu/mmu)

Hide Ads