Karena alasan tersebut, tim penyelenggara Festival Teater Jakarta (FTJ) 2015 memfokuskan pada subtema 'Teater dan Cahaya'. Tema ini dinilai oleh Project Officer FTJ 2015 Malhamang Zamzam menjadi penting diangkat.
"Tahun ini kami ingin melihat lebih ke internal, lebih ke persoalan infrastruktur sebuah seni pertunjukan. Cahaya menjadi penting karena bagian dari elemen teater dan buka ilmu dadakan yang baru dipelajari H-1 pementasan," katanya di Galeri Cipta III, TIM, Jakarta Selatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketua Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) Dewi Noviami pun mengatakan hal yang sama. Kritik sosial maupun politik memang kerap menjadi ide cerita grup teater dan selalu menarik diangkat. Tapi, yang saat ini masih kurang dipelajari adalah perbaikan dari sisi teknis.
"Kita belajar banget sejak era 2000-an, ada beberapa grup teater yang mulai bagus dan konsisten. Saat kita nonton drama musikal dan wow banget dengan tata pencahayaannya. Kami pikir seharusnya teater pun bisa belajar teknik yang sama, seimbang dengan drama musikal di gedung pertunjukan lainnya," lanjut Dewi.
Kali ini, FTJ memiliki tema besar 'Menata Laku, Menata Panggung' yang diikuti oleh 15 grup teater lolos seleksi di lima wilayah ibukota dan 2 grup sebagai pemenang tahun lalu. Festival akan dibuka pada 30 November sampai 10 Desember 2015 di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki (TIM). Jadwal pertunjukan pun dibagi dua jam yakni pukul 14.00 dan 20.00 WIB.
Selain perlombaan yang memperebutkan beragam gelar sebagai teater terbaik Jakarta, festival juga dimeriahkan dengan diskusi 'Teater dan Cahaya', workshop tata cahaya, launching website FTJ dan 'Teater dan Kota', peluncuran buku 'Album Keluarga', pameran foto FTJ, dramatic reading, serta penganugerahan kepada para pemenang FTJ. Kompetisi FTJ sudah diadakan sejak 13 September 1973 dan tahun ini menjadi yang ke-43 kalinya. (tia/tia)