Slamet Rahardjo Terkenang Cara Kerja Teguh Karya di Teater Populer

Slamet Rahardjo Terkenang Cara Kerja Teguh Karya di Teater Populer

Tia Agnes Astuti - detikHot
Rabu, 04 Nov 2015 19:20 WIB
Slamet Rahardjo (Tia/detikHOT)
Jakarta - Karier Slamet Rahardjo menjadi aktor kawakan Indonesia diawali ketika dirinya bergabung dalam Teater Populer pada 1968 silam. Sampai kini, pria kelahiran 1949 itu masih terkenang dengan cara kerja Teguh mendidik anak-anaknya di teater yang juga masih digunakan Slamet mengajar.

Ditemui di Sanggar Teater Populer, Jalan Kebon Pala 1 Tanah Abang, Jakarta Pusat, Slamet pernah menjadi dosen tamu di Monash University. "Saya membawa teori yang saya dapatkan di Teater Populer. Bagaimana caranya mengolah suara," ucapnya, Rabu (4/11/2015).

Latihan olah suara yang dimaksud Slamet bukanlah lafal Alfabet yang biasa diucapkan, tapi justru huruf-huruf Hijaiyah. Dari alif, lam, jim, kha, kho sampai ya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya biasanya mengajarkan lafal itu yang ternyata memiliki nilai latihan dari bibir, lidah, dan semuanya bisa menyeluruh. Istilahnya saya silit dan ubun-ubun. Kita percaya ada di antara langit dan bumi, itulah melalui ubun-ubun dan silit," beber Slamet.

Selain itu, Slamet juga mengajarkan konsep 'gong' yang juga dipakai oleh Jackie Chan dalam ilmu bela diri. "Inilah yang biasa kami kerjakan dengan Pak Teguh, saya menambahkannya dengan sedikit metodologi karena saya juga akademisi," kata pria yang terpilih sebagai aktor terbaik dalam FFI 1975 ini.

Ketika Teguh mencapai usia senja, Slamet terkenang akan permintaan terakhir dari gurunya. Kala itu, dia diminta menuliskan nama Teguh Karya di atas sebuah batu nisan. Sambil mengelak dan berceloteh, Slamet mengatakan dirinya bukan tukang nisan.

"Emang gue tukang nisan! Kalau mau dibikinin biar anak-anaknya yang berkreasi. Inilah yang disebug grafiti Teguh karya. Saya, Niniek, Eros Djarot, atau Nano-lah yang jadi grafiti Pak Teguh dan Teater Populer," pungkasnya.

Sampai sekarang, di antara kesibukannya mengajar dan akting, sepeninggalnya Teguh Karya, dia dipercaya meneruskan tradisi Sanggar Teater Populer.

(tia/ron)

Hide Ads