Selain itu juga akan ada pemutaran film dokumenter dari Program Komunitas Kreatif. Direktur Yayasan Kelola Amna S.Kusumo mengungkapkan perjalanan 15 tahun berdiri organisasi nirlaba nasional ini penuh lika-liku.
"Selama 15 tahun kami menemani seniman dan melakukan pendampingan manajemen seni," katanya saat jumpa pers di kawasan Cikini Jakarta Pusat, Selasa (15/9/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Festival ini terutama menyasar penonton dari usia anak-anak dan kalangan kampus. Oleh karenanya, lokasi festival pun dipilih universitas.
"Kemacetan Jakarta membuat jarak menjadi tantangan besar dalam menonton pertunjukan di gedung-gedung pertunjukan yang cukup jauh dari tempat kerja dan tinggal warga Jakarta. Ini mengapa Kelola mengadakan Festival Kelola di universitas, agar pertunjukan dekat dengan penontonnya," ujar peraih John D.Rockefeller 3rd 2014 atas kontribusinya sebagai pelopor seni di Asia Tenggara itu.
Hingga kini, lebih dari 3500 seniman dan pekerja seni di 34 provinsi di Indonesia telah mengikuti program Kelola. Program tersebut berupa lokakarya, Magang Nusantara, Hibah Seni, Teater Pemberdayaan, dan Pemberdayaan Seniman Perempuan.
Festival Kelola 2015 sudah dibuka dengan penampilan Gilang Ramadhan dan Komodo pada 17 Agustus silam di Balairung Universitas Indonesia (UI), Depok. Penampilan berikutnya diramaikan oleh grup tari Nan Jombang asal Padang di UI dan Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
Di Malang, koreografer Danang Pamungkas yang juga pernah mengikuti program Kelola akan mementaskan karyanya di Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur pada 29 September. Serta Yola Yulfianti di Hall Student Centre, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Ciputat pada 22 Oktober mendatang.
Tidak lupa, pemutaran film dan lokakarya film dokumenter 'Kabar dari Flores' di Universitas Merdeka Malang 26 dan 27 September mendatang.
(tia/mmu)