Plastik, bukan dalam arti sesungguhnya atau bahan daur ulang untuk menciptakan karya seni. Namun, konsep plastik memiliki makna yang lebih dalam lagi. Manusia cenderung kehilangan arah dan menjadi bukan diri mereka. Mengenakan topeng, senyum palsu, dan sesuatu yang dibuat-buat.
"Jadi plastik itu bukan memakai bahan plastik atau daur ulang. Tapi platik dalam artian topeng manusia," kata Marketing Manager Eugene Tehupuring saat pembukaan di Artotel Thamrin, belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eksibisi 'Plastic Art' menampilkan 25 karya dari 25 seniman yang berpartisipasi. Ini yang kedua kalinya Monstore mengadakan pameran kolaboratif. Eugene menyebutkan sebelumnya eksibisi pernah digelar 5 tahun yang lalu.
Ke-25 karya seniman lokal dihadirkan berkat hasil kurasi dari tim kreatif Monstore. Dari karya-karya tersebut, nantinya bisa diaplikasikan ke berbagai produk Monstore.
"Setiap musim, Monstore menerbitkan karya lewat inisial. Dan sekarang sudah mencapai tahap 'P', dengan 'Plastic'," ungkapnya.
Jika ditelisik lebih lanjut, ke-25 karya seni terdapat benang merah. Di setiap karya, ada obyek tentang wajah seseorang. Seperti di karya seni instalasi Indira Pambudy, Annisa Damayanti, Ito Nurarief, Luna Diandra, dan Mirra Aghnia.
Mereka membuat tiga buah topeng yang berasal dari pepatah Jepang. "Topeng pertama memperlihatkan wajah sebenarnya. Wajah kedua kita tunjukkan ke orang terdekat agar hubungan tetap terjaga dan ketiga yang tak pernah ditunjukkan pada siapa pun," kata Mirra kepada detikHOT.
Selan itu, ada juga instalasi botol-botol platik karya Eko Meinanto dan Semmanta Nagara dengan 'Kontemplasi Monolog'. Karya itu memuat berbagai pemikiran dari orang yang ada di sekitarnya dan ditaruh di dalam botol plastik bekas.
'Plastic Art Exhibition' di Artotel Thamrin Jakarta diselenggarakan hingga 9 Oktober mendatang!
(tia/ron)











































